Tradisi Ramadhan di Semarang: Bubur India Legendaris Masjid Pakojan
Tradisi Ramadhan di Semarang: Bubur India Legendaris Masjid Pakojan
Ramadhan di Semarang selalu diiringi aroma rempah yang khas dan menggugah selera. Sumbernya? Bubur India, hidangan legendaris yang telah menjadi tradisi turun-temurun di Masjid Jami Pakojan, Jalan Petolongan. Setiap sore selama bulan suci, halaman masjid ini dipenuhi warga yang antusias menantikan sajian istimewa ini. Dari anak-anak hingga orang dewasa, semuanya rela mengantre demi semangkuk bubur yang hanya tersedia di bulan Ramadhan. Bahkan tak sedikit yang membawa bekal wadah sendiri untuk memastikan mereka mendapatkan bagiannya.
Salah seorang warga Kendal, Slamet, mengaku sengaja menyempatkan diri untuk mencicipi bubur ini setelah penasaran bertahun-tahun. "Kebetulan ada urusan di Semarang, jadi saya sekalian mampir. Sudah lama saya mendengar cerita tentang bubur ini," ujarnya pada Selasa (4/3/2025). Lain halnya dengan Ali, warga sekitar masjid, yang sudah menjadi pelanggan setia bubur India selama bertahun-tahun. Senyum mengembang di wajahnya ketika ia mengatakan, "Setiap tahun saya selalu menyantapnya, dan saya tak pernah bosan." Antusiasme warga ini mencerminkan betapa istimewanya bubur India bagi masyarakat Semarang.
Lebih dari sekadar hidangan berbuka puasa, bubur India di Masjid Pakojan merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah dan budaya setempat. Basrin, salah satu pengelola masjid, menjelaskan bahwa tradisi berbagi bubur ini telah berlangsung turun-temurun. Setiap Ramadhan, lebih dari 200 mangkuk bubur disiapkan dan dibagikan secara gratis kepada para jamaah dan warga sekitar. Untuk memenuhi permintaan yang tinggi, Basrin dan timnya menghabiskan sekitar 20 kilogram beras setiap hari selama bulan Ramadhan.
Resep bubur India yang digunakan pun tak pernah berubah sejak pertama kali diperkenalkan oleh para pedagang Gujarat. "Mungkin karena berasal dari Gujarat, makanya disebut bubur India," jelas Basrin. Tekstur bubur yang lembut dipadukan dengan aroma rempah-rempah yang khas menghasilkan cita rasa unik yang tak hanya menghangatkan perut, tetapi juga menghidupkan kenangan akan peranan para pedagang Gujarat dalam menyebarkan budaya dan kuliner mereka di Nusantara. Bubur India menjadi bukti nyata perpaduan budaya dan keagamaan yang harmonis di Indonesia. Ketersediaan bubur India di Masjid Jami Pekojan selama Ramadhan menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi warga Semarang dan sekitarnya, sebuah tradisi yang diharapkan akan terus lestari.
Berikut beberapa poin penting terkait tradisi bubur India di Masjid Pakojan:
- Tradisi Turun-Temurun: Pembuatan dan pembagian bubur India telah menjadi tradisi turun-temurun di Masjid Pakojan.
- Pembagian Gratis: Bubur India dibagikan secara gratis kepada jamaah dan warga sekitar.
- Bahan Baku Melimpah: Tim pengelola menghabiskan sekitar 20 kg beras setiap hari untuk membuat bubur.
- Resep Asli Gujarat: Resep bubur India yang digunakan masih sama seperti yang diperkenalkan oleh pedagang Gujarat.
- Nilai Sejarah dan Budaya: Bubur India bukan hanya hidangan, tetapi juga mencerminkan perpaduan budaya dan sejarah di Indonesia.