Banjir Bandang Arthera Hill 2 Bekasi: Kekeliruan Informasi Pemasaran dan Infrastruktur yang Belum Rampung

Banjir Bandang Arthera Hill 2 Bekasi: Kekeliruan Informasi Pemasaran dan Infrastruktur yang Belum Rampung

Perumahan Arthera Hill 2 di Bekasi kembali dilanda banjir bandang pada Selasa, 4 Maret 2025, memaksa evakuasi sekitar 300 kepala keluarga. Banjir yang merendam rumah-rumah hingga nyaris setinggi atap ini merupakan kejadian kelima sejak November 2024, memicu kemarahan warga yang merasa ditipu oleh klaim pemasaran 'bebas banjir'. Kejadian ini mengungkap celah serius dalam proses penjualan properti dan manajemen risiko bencana.

Beberapa penghuni, seperti Adam dan Hadi, mengaku diyakinkan oleh pihak pemasaran bahwa perumahan tersebut aman dari banjir. Klaim ini, menurut mereka, disampaikan secara lisan dan melalui materi promosi yang kini telah hilang terbawa banjir. Ketidaktahuan akan keberadaan Kali Cikarang yang berdekatan dengan perumahan, dan kurangnya informasi detail lokasi dalam denah, menjadi faktor utama warga terjebak dalam situasi ini. Gervi, warga lain, mengungkapkan bahwa hampir 90% penghuni Arthera Hill 2 tidak menyadari keberadaan kali tersebut sebelum banjir pertama melanda.

Investigasi lebih lanjut menunjukkan bahwa infrastruktur pengendalian banjir di Arthera Hill 2 belum sepenuhnya rampung. Water pond yang dirancang untuk menampung limpasan air dari Kali Cikarang masih dalam tahap pembangunan, dengan tanggul penahan air yang belum kokoh dan dinding pembatas yang rendah. Kondisi ini diperparah oleh jebolnya tanggul water pond saat banjir bandang awal Maret lalu, seperti yang diungkapkan Wakil Ketua Relawan BPBD Kabupaten Bekasi, Sandi. Ia menekankan bahwa ketinggian Kali Cikarang dan lemahnya tanggul menjadi penyebab utama meluapnya air ke perumahan.

Pihak pengembang, PT Prisma Inti Propertindo, melalui Humas Nur Cahyo, mengakui belum rampungnya water pond dan kerusakan tanggul. Mereka menyatakan akan meningkatkan ketinggian water pond dan memperbaiki tanggul yang jebol. Cahyo juga menjelaskan bahwa respon tim mereka saat banjir berupa pengerahan pompa air, peringatan dini kepada warga, dan pendirian posko darurat bekerja sama dengan pemadam kebakaran dan relawan. Namun, tindakan tersebut dianggap sebagai upaya penanggulangan pasca-bencana, bukan pencegahan yang seharusnya sudah dilakukan sejak awal.

Perbedaan signifikan antara Arthera Hill 1 dan Arthera Hill 2 turut menjadi sorotan. Arthera Hill 1, yang dibangun lebih dulu, terletak lebih jauh dari Kali Cikarang dan pada ketinggian yang lebih aman, sehingga terhindar dari banjir. Perbedaan lokasi dan elevasi ini menunjukkan adanya perbedaan signifikan dalam perencanaan dan mitigasi risiko banjir antara kedua proyek tersebut. Fakta ini semakin memperkuat dugaan adanya kekeliruan dalam klaim pemasaran 'bebas banjir' untuk Arthera Hill 2.

Kejadian ini menggarisbawahi pentingnya transparansi dan akurasi informasi dalam pemasaran properti, serta perlunya perencanaan infrastruktur yang matang dan mempertimbangkan aspek mitigasi bencana. Ke depannya, pengawasan yang lebih ketat dan penegakan hukum terhadap praktik pemasaran yang menyesatkan sangat diperlukan untuk melindungi konsumen dan mencegah kejadian serupa terulang.

Kesimpulan: Kejadian banjir bandang di Arthera Hill 2 merupakan gabungan kegagalan infrastruktur dan informasi yang menyesatkan. Hal ini menekankan pentingnya perencanaan yang matang dan transparan dalam proyek properti untuk menghindari tragedi serupa di masa mendatang.