Nasirun: Memorabilia, Sebuah Retrospektif Artistik di Orbital Dago

Nasirun: Memorabilia, Sebuah Retrospektif Artistik di Orbital Dago

Seniman kontemporer Indonesia, Nasirun, menghadirkan pameran tunggal bertajuk "Memorabilia" di Orbital Dago, Bandung, yang berlangsung dari 19 Maret hingga 27 April 2025. Pameran ini bukan sekadar pajangan karya seni, melainkan sebuah perjalanan retrospektif yang unik, mengungkapkan interpretasi Nasirun terhadap benda-benda keseharian dan arsip pribadi yang telah ia kumpulkan selama bertahun-tahun. Kurator pameran, Rifky 'Goro' Effendy, menjelaskan bahwa "Memorabilia" merupakan istilah umum yang merujuk pada objek yang menyimpan kenangan dan peristiwa, baik berupa benda fisik maupun hal-hal yang tak teraba. Pameran ini menjadi bukti nyata bagaimana Nasirun mampu mengubah makna objek fungsional menjadi simbol yang kaya akan narasi.

Koleksi Nasirun yang dipamerkan sangat beragam, mulai dari benda-benda tradisional Jawa seperti blawong (penyangga keris) – sebuah benda langka dan bernilai tinggi yang ditemukannya di lingkungan Keraton Yogyakarta – hingga stempel logam, lembaran kertas dari buku tulis dan kartu undangan usang, tongkat kayu, cermin, payung, dan berbagai benda sehari-hari lainnya. Bukan hanya sekadar memajang, Nasirun secara artistik melukis dan menginterpretasikan ulang objek-objek tersebut, memberikan dimensi baru pada fungsi dan maknanya. Proses ini, menurut Goro, dapat diartikan sebagai bentuk upcycling artistik, dimana Nasirun mendaur ulang fungsi dan makna fisik benda-benda tersebut, mengubahnya dari objek fungsional menjadi simbol yang sarat makna.

Lebih dari itu, pameran ini juga menampilkan koleksi arsip pribadi Nasirun, berupa surat-surat lama milik maestro Affandi. Surat-surat tersebut berisi catatan pertemuan Affandi dengan seniman seangkatannya, memberikan wawasan berharga tentang dinamika dunia seni rupa Indonesia di masa lalu. Melalui koleksi ini, Nasirun tidak hanya memamerkan karya seni visual, tetapi juga berbagi narasi sejarah seni rupa Indonesia yang kaya akan detail dan makna tersirat.

Minat Nasirun dalam mengoleksi dan menginterpretasikan benda-benda ini, menurut Goro, telah tumbuh sejak ia masih muda, bahkan sejak masa sekolah di Sekolah Menengah Seni Rupa dan masa aktifnya sebagai pengrajin batik di Yogyakarta. Ketertarikannya terhadap warisan budaya Jawa, terutama unsur-unsur spiritual dan simbolik, sangat terlihat dalam karya-karyanya yang telah lama dikenal dengan ciri khas penggabungan unsur budaya Jawa, spiritualitas, dan ekspresi yang kuat. Hal ini terlihat jelas dalam pemilihan objek pameran dan interpretasi artistik yang diberikan Nasirun.

Lahir di Cilacap, Jawa Tengah pada tahun 1965, Nasirun telah memiliki perjalanan karir yang panjang dan mengesankan. Ia telah banyak menggelar pameran tunggal dan bersama, baik di dalam maupun luar negeri. Beberapa pameran tunggalnya yang terkenal meliputi pameran di Mirota Kampus Yogyakarta dan Cafe Solo (1993), Ngono Yo Ngono, Mung Ojo Ngono di Galeri Nasional Indonesia (1999), dan Salam Bekti di Sangkring Art Space, Yogyakarta (2009). Pengalaman dan perjalanan tersebut jelas telah membentuk keunikan dan kekayaan estetika dalam karya-karyanya yang ditampilkan di pameran "Memorabilia" ini.

Pameran "Memorabilia" bukan hanya sekadar pameran seni rupa, melainkan sebuah perenungan mendalam tentang hubungan antara objek, memori, dan interpretasi artistik. Karya-karya Nasirun mengajak kita untuk melihat kembali keseharian kita dan menemukan makna tersembunyi di balik benda-benda yang seringkali kita abaikan. Pameran ini menjadi kesempatan berharga bagi penikmat seni untuk menyaksikan karya-karya Nasirun yang luar biasa dan memahami visi artistiknya yang unik.