Memaknai Kejombloan: Kesempatan Emas Menuju Kebahagiaan dan Prestasi
Memaknai Kejombloan: Kesempatan Emas Menuju Kebahagiaan dan Prestasi
Hidup ini penuh dengan takdir yang beragam. Bagi sebagian orang, perjalanan menuju kebahagiaan rumah tangga berjalan lancar, sementara bagi sebagian lainnya, tahap kejombloan terasa lebih panjang. Namun, anggapan bahwa kesendirian identik dengan kesedihan perlu diluruskan. Kejombloan, jika dimaknai dengan bijak, justru dapat menjadi periode yang kaya akan kesempatan untuk pengembangan diri dan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini disampaikan oleh H. Muhammad Faiz, Lc, MA, Anggota Dewan Pengawas Syariah BTN, yang lebih dikenal sebagai Gus Faiz, dalam sebuah kajian di detikKultum.
Gus Faiz menekankan pentingnya perspektif dalam memandang kehidupan. Alih-alih membandingkan diri dengan mereka yang telah memiliki pasangan, ia mengajak untuk merenungkan konsekuensi dari sebuah ikatan pernikahan. Kehidupan berumah tangga, meski dipenuhi keindahan, juga menuntut tanggung jawab yang besar, seperti mencari nafkah dan mendidik anak. Tanggung jawab ini seringkali membatasi waktu dan kesempatan untuk mengejar cita-cita pribadi. "Jangan hanya melihat keindahan berpegangan tangan atau makan berdua," ujar Gus Faiz, "lihatlah konsekuensi dan tuntutannya."
Lebih lanjut, Gus Faiz menyoroti potensi positif dari masa kejombloan. Periode ini dapat dimanfaatkan secara optimal untuk berkreasi, berkarya, dan mengejar impian. Kebebasan yang dimiliki saat masih lajang, menurut Gus Faiz, dapat memicu keberanian dan fokus yang mungkin berkurang ketika sudah memiliki keluarga. "Gunakan kejombloan Anda untuk hal-hal positif, berkarya misalnya. Banyak hal yang bisa Anda lakukan saat sendiri, yang mungkin akan sulit dilakukan ketika sudah berkeluarga," pesannya.
Tidak hanya itu, Gus Faiz juga menekankan aspek spiritual. Masa kejombloan memberikan kesempatan yang luas untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui ibadah dan kegiatan keagamaan. Waktu yang mungkin dihabiskan bersama pasangan dapat didedikasikan untuk kegiatan-kegiatan yang bernilai ibadah dan bermanfaat bagi sesama. "Ketika menjomblo, gunakan waktu itu untuk mendekatkan diri kepada Allah. Manfaatkan waktu untuk kegiatan keagamaan dan kegiatan yang memberi pencerahan kepada bangsa ini," jelasnya.
Kesimpulannya, kejombloan bukanlah sebuah kekurangan, melainkan sebuah kesempatan. Kebahagiaan bukan hanya diukur dari status perkawinan, melainkan dari bagaimana seseorang mampu memaknai hidupnya dan menemukan kebahagiaan sesuai jalan hidupnya. Dengan perspektif yang tepat, kejombloan dapat diubah menjadi periode yang produktif, bermakna, dan penuh berkah. Kajian lengkap bersama Gus Faiz dapat disaksikan di detikKultum.
Catatan: Kajian bersama Gus Faiz ini tayang tiap hari selama Ramadan di detikcom pukul 17.30 WIB.