Serial Netflix Meghan Markle Menuai Kritik Keras, Akankah Musim Kedua Mengulang Kesalahan?
Serial Netflix Meghan Markle: Antara Citra dan Realitas
Tayangan terbaru Netflix yang menampilkan Meghan Markle, Duchess of Sussex, bertajuk With Love, Meghan, telah menuai kontroversi sejak penayangan perdananya pada 4 Maret 2025. Serial delapan episode yang menonjolkan kegiatan Markle, seperti memasak, berkebun, dan menjalani gaya hidup sehat, justru mendapatkan kecaman tajam dari para kritikus dan sebagian besar penonton. Alih-alih menghadirkan citra personal yang autentik dan relatable seperti yang diharapkan, serial ini dinilai gagal mencapai tujuannya, bahkan dianggap jauh lebih buruk dari dugaan awal.
Para kritikus film dan media ternama seperti The Independent dan The Times memberikan ulasan negatif yang pedas. The Independent menyebut tayangan tersebut 'membuat penonton mual dan lelah', sementara Carol Midgley dari The Times menyatakan bahwa serial ini jauh lebih buruk dari ekspektasinya, sarat dengan keangkuhan dan kepalsuan. Skor rendah di Rotten Tomatoes, dengan hanya 33% skor kritikus dan 20% skor penonton, semakin memperkuat citra negatif With Love, Meghan.
Analisis yang lebih tajam dilontarkan oleh Rob Shuter, pembawa acara podcast Naughty But Nice. Shuter menyorot inkonsistensi dalam citra yang ingin dibangun Markle. Ia ingin terlihat dekat dan hangat, namun presentasinya terasa terlalu dibuat-buat (scripted). Kontradiksi ini semakin kentara dengan setting lokasi syuting yang ternyata merupakan properti sewaan, bukan kediaman Markle sendiri, berbanding terbalik dengan penekanannya pada privasi keluarga, terutama dengan semakin seringnya anak-anaknya muncul di media sosial. Shuter menyimpulkan bahwa Markle secara bersamaan berusaha untuk dekat dan jauh dengan penonton, sebuah kontradiksi yang merusak kredibilitasnya.
Dengan demikian, serial ini seolah-olah menggambarkan dualisme yang mengkhawatirkan: keinginan untuk membangun koneksi personal yang otentik dan perlindungan atas privasi yang diyakini sebagai kebutuhan utama untuk membangun kedekatan dan keintiman itu. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang bagaimana seseorang dapat menciptakan hubungan autentik dan relatable saat yang sama mengedepankan citra publik yang terkontrol dan diatur.
Meskipun mendapat sambutan yang buruk, Netflix telah memutuskan untuk melanjutkan produksi ke musim kedua With Love, Meghan. Namun, hingga saat ini belum ada konfirmasi mengenai tanggal penayangan. Terlepas dari ulasan negatif dan kritik pedas yang datang dari berbagai penjuru, beberapa pengguna X (Twitter) justru menilai serial ini menghibur, bahkan beberapa adegannya telah menjadi meme di internet. Kontroversi ini pun justru mengundang rasa penasaran publik untuk menyaksikan secara langsung seri kedua dari serial ini.
Pertanyaannya kini, akankah Netflix dan Meghan Markle belajar dari kesalahan musim pertama? Akankah musim kedua mampu memperbaiki citra serial ini dan memenuhi harapan penonton? Atau justru akan mengulang kesalahan yang sama dan semakin memperkuat citra negatif yang telah melekat pada serial ini?
Kontroversi dan Reaksi Publik
Reaksi publik terhadap With Love, Meghan sangat beragam. Dari ulasan negatif yang mengecam kepalsuan dan keangkuhan, hingga tanggapan positif dari sebagian penonton yang menemukan sisi menghibur dalam serial ini. Perbedaan persepsi ini memperlihatkan betapa subjektifnya penilaian terhadap tayangan, dan bagaimana strategi branding personal yang salah dapat berdampak signifikan terhadap penerimaan publik.
Keberadaan serial ini di tengah kontroversi menunjukkan kompleksitas dalam membangun citra publik di era digital. Strategi komunikasi yang tidak konsisten, kesenjangan antara citra yang dibangun dan realitas yang sebenarnya, serta pengelolaan privasi yang kurang efektif menjadi beberapa faktor yang berkontribusi pada tanggapan negatif yang diterima oleh serial ini.
Perjalanan serial With Love, Meghan ini menyoroti pentingnya keaslian dan transparansi dalam membangun koneksi dengan audiens. Keberhasilan di masa depan bergantung pada kemampuan untuk menjawab kritik, belajar dari kesalahan, dan menghadirkan konten yang lebih autentik dan relevan dengan harapan publik.