Perbaikan Tanggul Sungai Tuntang Butuh Waktu Sepuluh Hari, Normalisasi Dianggap Tak Efektif
Perbaikan Tanggul Sungai Tuntang Butuh Waktu Sepuluh Hari, Normalisasi Dianggap Tak Efektif
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana memproyeksikan penyelesaian penutupan tanggul jebol di Sungai Tuntang selama sepuluh hari ke depan. Proses percepatan perbaikan ini, menurut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air (Opsda) 4 BBWS Pemali Juana, Heri Santoso, terkendala oleh kondisi medan yang membutuhkan perataan cekungan sebelum penimbunan material untuk menutup tanggul utama dapat dimulai. Heri menjelaskan bahwa penutupan aliran sungai telah berhasil dilakukan pada Kamis, 13 Maret 2025, mencegah meluapnya air ke pemukiman warga dan meminimalisir potensi banjir. “Penutupan aliran air telah rampung kemarin siang. Saat ini, fokus kami tertuju pada penutupan tanggul itu sendiri. Namun, pekerjaan ini baru dapat dimulai hari ini karena kami harus meratakan cekungan terlebih dahulu sebagai persiapan penimbunan,” ujar Heri dalam konfirmasinya.
Target penyelesaian yang diajukan BBWS Pemali Juana ini berbeda dengan target yang sebelumnya disampaikan Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, yang menargetkan penutupan aliran sungai dalam waktu dua hari. Meskipun demikian, Heri menjelaskan bahwa target Gubernur telah tercapai, yaitu penutupan aliran air yang masuk ke pemukiman. “Target dua hari dari Bapak Gubernur untuk penutupan aliran air ke pemukiman telah tercapai. Sekarang, proses selanjutnya adalah pemerataan level tutupan dengan bantaran sungai,” tambahnya. Meskipun hanya satu titik tanggul yang mengalami kerusakan, dampaknya cukup signifikan. Proses perbaikan terus berlanjut dengan memanfaatkan kondisi curah hujan di Grobogan yang saat ini telah kondusif. “Kondisi curah hujan di Grobogan saat ini sudah aman. Semoga kondisi ini terus berlanjut hingga minggu ini. Jika curah hujan kembali meningkat, tentu akan menghambat proses perbaikan. Debit air juga sudah surut, sehingga aman untuk pelaksanaan perbaikan. Tinggi muka air (TMA) saat ini berada di angka 1.690-1.695,” lanjut Heri.
Lebih lanjut, Heri menegaskan bahwa rencana normalisasi Sungai Tuntang untuk saat ini tidak akan dilakukan. Hal ini dikarenakan kebutuhan dana yang sangat besar dan kurang efektif jika tidak dibarengi dengan konservasi di hulu sungai. “Normalisasi sungai membutuhkan biaya yang sangat besar. Namun, upaya normalisasi akan percuma jika tidak diimbangi dengan konservasi di hulu sungai. Jika tidak, maka sedimentasi akan terus terjadi dan masalah yang sama akan terulang,” tegas Heri. Kondisi ini menunjukkan perlunya pendekatan terpadu dalam pengelolaan sungai, yang meliputi perbaikan tanggul, pengendalian sedimentasi di hulu, dan perencanaan anggaran yang matang.
Berikut poin-poin penting terkait proses perbaikan tanggul:
- Penutupan aliran sungai telah selesai.
- Penutupan tanggul utama ditargetkan selesai dalam 10 hari.
- Perataan cekungan menjadi kendala utama.
- Curah hujan di Grobogan saat ini kondusif.
- Normalisasi sungai tidak akan dilakukan karena biaya yang tinggi dan kurang efektif tanpa konservasi hulu.
Proses perbaikan tanggul Sungai Tuntang ini menjadi contoh penting bagaimana faktor teknis dan perencanaan anggaran yang matang menjadi kunci keberhasilan dalam penanggulangan bencana hidrometeorologi.