BMKG: Puncak Musim Kemarau 2025 Diprediksi Juni-Juli, Potensi Kekeringan dan Karhutla Meningkat
BMKG: Puncak Musim Kemarau 2025 Diprediksi Juni-Juli, Potensi Kekeringan dan Karhutla Meningkat
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memproyeksikan musim kemarau di Indonesia akan memasuki fase puncaknya pada periode Juni hingga Juli 2025. Peralihan menuju musim kemarau telah dimulai secara bertahap sejak Maret 2025, ditandai dengan berakhirnya fenomena La Nina yang berdampak pada pola cuaca sebelumnya. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers Rabu (13/3/2025) menekankan pentingnya antisipasi dini mengingat potensi cuaca ekstrem dan dampaknya terhadap berbagai sektor. Proyeksi ini didasarkan pada analisis pergeseran angin monsun Asia ke angin monsun Australia, yang secara historis menandai dimulainya musim kemarau.
Berdasarkan data BMKG, sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami musim kemarau lebih awal. Pada bulan April, beberapa daerah yang diperkirakan akan memasuki musim kemarau antara lain: Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa Barat, pesisir Jawa Timur, sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Kemudian pada bulan Mei, cakupan wilayah yang mengalami musim kemarau akan meluas, mencakup sebagian Sumatra, sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, dan Papua bagian selatan. Kondisi ini mengindikasikan pentingnya kesiapsiagaan berbagai pihak dalam menghadapi potensi dampak musim kemarau.
BMKG memberikan imbauan khusus terkait antisipasi puncak musim kemarau pada Juni, Juli, dan Agustus. Masyarakat dan berbagai sektor, terutama pertanian, diharapkan untuk melakukan penyesuaian sejak bulan Mei. Sektor pertanian perlu mengatur jadwal tanam untuk meminimalisir penurunan produktivitas. Sementara itu, sektor kebencanaan harus mempersiapkan langkah-langkah mitigasi untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla), mengingat potensi peningkatan risiko pada puncak musim kemarau. Langkah-langkah konservasi sumber daya air juga sangat penting mengingat potensi penurunan curah hujan di beberapa wilayah.
Analisis BMKG lebih lanjut menunjukkan bahwa pada Juli, beberapa wilayah akan memasuki musim kemarau monsunal, yaitu periode kering yang disebabkan oleh angin monsun yang membawa udara kering. Wilayah yang berpotensi terdampak meliputi Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Puncak musim kemarau juga berpotensi memicu peningkatan karhutla di Sumatera bagian selatan dan perluasan area terdampak di Kalimantan bagian selatan pada akhir Juli hingga Agustus. Oleh karena itu, kewaspadaan dan kesiapsiagaan dari semua pihak sangat krusial untuk meminimalkan dampak negatif dari musim kemarau tahun ini.
Wilayah yang Diprediksi Memasuki Musim Kemarau:
- April: Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa Barat, pesisir Jawa Timur, sebagian Bali, NTB, NTT.
- Mei: Sebagian Sumatra, sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, Papua bagian selatan.
BMKG menghimbau agar masyarakat dan pemerintah daerah untuk senantiasa memantau informasi cuaca terkini dan mengikuti arahan dari instansi terkait dalam upaya mitigasi bencana terkait musim kemarau.