Klarifikasi KSPSI Terkait PHK di Industri Sepatu Tangerang: Penurunan Permintaan dan Pensiun Dini, Bukan PHK Massal

Klarifikasi KSPSI Terkait PHK di Industri Sepatu Tangerang: Penurunan Permintaan dan Pensiun Dini, Bukan PHK Massal

Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) memberikan klarifikasi terkait pemberitaan mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal di dua pabrik alas kaki di Tangerang, PT Adis Dimension Footwear dan PT Victory Ching Luh. Presiden KSPSI, Andi Gani Nena Wea, menjelaskan bahwa isu PHK massal yang beredar tidak sepenuhnya akurat. Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers di Kantor KSPSI, Jakarta Selatan, Kamis (13/3/2025).

Andi Gani menjelaskan bahwa penurunan daya beli masyarakat akibat faktor geopolitik global, seperti perang Ukraina-Rusia dan dampaknya terhadap ekonomi Eropa, telah signifikan mengurangi permintaan produk alas kaki. Kondisi ini memaksa kedua pabrik untuk melakukan penyesuaian, termasuk pengurangan jumlah karyawan. Namun, penting dicatat bahwa proses pengurangan karyawan ini tidak sepenuhnya berupa PHK secara paksa. Di PT Victory Ching Luh, misalnya, sekitar 700-800 karyawan memilih program pensiun dini yang ditawarkan perusahaan, bukan PHK paksa. Sementara itu, PHK yang terjadi di PT Adis Dimension Footwear dan PT Victory Ching Luh terjadi pada tahun 2024, bukan tahun 2025 seperti yang diberitakan sebelumnya.

Rincian Pengurangan Karyawan:

  • PT Victory Ching Luh: Sekitar 700-800 karyawan memilih program pensiun dini. Sisanya, sekitar 1200-1300 karyawan mengalami PHK. Tidak ada rencana PHK tambahan pada tahun 2025.
  • PT Adis Dimension Footwear: Jumlah karyawan yang mengalami PHK pada tahun 2024 mencapai 1500.

Andi Gani juga membantah kabar mengenai relokasi total operasional kedua perusahaan dari Tangerang. Ia menegaskan bahwa kedua perusahaan tetap beroperasi di Tangerang, namun juga melakukan ekspansi dengan membangun pabrik baru di Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk tetap berinvestasi di Indonesia.

Lebih lanjut, Andi Gani menanggapi data Kemnaker mengenai 60 perusahaan yang gulung tikar sejak 2021. Ia menjelaskan bahwa sebagian besar kasus tersebut terjadi sebelum tahun 2025, dan pemberitaan yang seolah-olah menyatukan semua kasus menjadi PHK massal di tahun 2025 adalah tidak akurat. Ia mencontohkan kasus PT Sri Rejeki Isman (Sritex Group) dan PT Danbi Internasional di Garut yang PHK-nya terjadi di tahun 2025.

Ketua PUK SP TSK SPSI PT Victory Chingluh, Agus Darsana, menguatkan pernyataan Andi Gani. Ia mengakui bahwa pemberitaan mengenai PHK massal menimbulkan kekhawatiran di kalangan karyawan, namun menegaskan bahwa tidak ada rencana PHK di PT Victory Ching Luh untuk tahun 2025. Program pensiun dini, menurut Agus, merupakan salah satu opsi yang ditawarkan oleh manajemen perusahaan.

Meskipun demikian, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Banten, Septo Kalnadi, sebelumnya telah menyatakan bahwa penurunan pesanan dari pemegang merek, termasuk merek terkenal seperti Nike, menjadi penyebab utama pengurangan produksi dan PHK di kedua perusahaan tersebut. Pernyataan ini selaras dengan penjelasan dari KSPSI, yang menekankan dampak penurunan permintaan terhadap industri alas kaki di Tangerang.

Kesimpulannya, situasi di kedua pabrik sepatu tersebut kompleks. Meskipun terjadi pengurangan karyawan, KSPSI mengklarifikasi bahwa hal tersebut bukan merupakan PHK massal di tahun 2025, melainkan lebih disebabkan oleh kombinasi faktor penurunan permintaan pasar dan program pensiun dini yang ditawarkan perusahaan. Kedua perusahaan juga menegaskan komitmennya untuk memenuhi kewajiban terhadap karyawan yang terkena dampak dan tidak berencana untuk merelokasi seluruh operasionalnya.