Jepang Terapkan Sistem Harga Ganda di Destinasi Wisata: Upaya Mengatasi Over Tourism dan Mendukung Pelestarian Budaya
Jepang Terapkan Sistem Harga Ganda di Destinasi Wisata: Upaya Mengatasi Over Tourism dan Mendukung Pelestarian Budaya
Ledakan jumlah wisatawan ke Jepang pasca pandemi, dipicu oleh pelemahan nilai mata uang Yen, telah memicu berbagai tantangan. Kepadatan pengunjung di destinasi wisata populer, kerusakan situs bersejarah dan budaya, serta frustrasi warga lokal akibat membludaknya turis, mendorong pemerintah Jepang untuk mengambil langkah inovatif: penerapan sistem harga ganda di sejumlah tempat wisata. Sistem ini, yang mulai diterapkan bertahap pada Juli 2025, membedakan harga tiket masuk bagi wisatawan asing dan warga lokal. Langkah ini bukan tanpa kontroversi, namun diyakini sebagai solusi untuk mengatasi masalah overtourism dan sekaligus mendukung pelestarian situs-situs budaya penting.
Penerapan sistem harga ganda ini telah terlihat di beberapa lokasi. Resor Ski Niseko di Hokkaido, misalnya, akan mengenakan biaya 6.500 Yen per hari untuk wisatawan asing, sementara warga lokal hanya membayar 5.000 Yen. Perbedaan serupa juga diterapkan di Junglia Okinawa, taman bertema alam yang baru dibuka, dengan harga tiket masuk 8.800 Yen untuk turis asing dan 6.930 Yen untuk warga lokal. Perbedaan harga yang mencapai hampir 30% ini menjadi sorotan utama. Bahkan, jaringan kuil dan tempat suci bersejarah di Jepang juga mengusulkan sistem serupa, dengan rencana mengenakan biaya 500 Yen untuk warga lokal dan 1.000 Yen untuk turis asing per situs. Langkah serupa juga diperkirakan akan diterapkan di tempat-tempat wisata populer seperti Kuil Kiyomizu di Kyoto, Kuil Fushimi Inari, dan Kuil Todaiji di Nara. Pemerintah Jepang akan memantau dampak sistem ini terhadap jumlah pengunjung sebelum memperluasnya ke lokasi wisata lainnya. Pendapatan tambahan dari perbedaan harga tiket masuk ini direncanakan akan digunakan untuk pemeliharaan situs budaya, pengelolaan infrastruktur, dan peningkatan kualitas pengalaman pengunjung.
Langkah ini sejalan dengan upaya Jepang dalam mengelola jumlah wisatawan yang terus meningkat. Tahun lalu, Jepang mencatat lebih dari 36 juta kunjungan wisatawan asing, dan angka ini diprediksi akan terus bertambah seiring dengan lemahnya Yen. Selain sistem harga ganda, Jepang juga tengah mempersiapkan program pembebasan visa digital, sementara diberi nama JESTA, untuk lebih dari 70 negara. Program ini ditujukan untuk mempermudah proses perjalanan bagi wisatawan asing dari negara-negara seperti Australia, Selandia Baru, Inggris Raya, Kanada, AS, Singapura, Hong Kong, Taiwan, dan sebagian besar negara Eropa. Sistem ini diharapkan dapat membantu Jepang dalam mengelola arus wisatawan secara lebih efektif dan berkelanjutan.
Meskipun langkah ini menuai pro dan kontra, tujuan utama penerapan sistem harga ganda ini adalah untuk menyeimbangkan kepentingan pariwisata dengan keberlanjutan lingkungan dan budaya Jepang. Dengan membagi biaya pemeliharaan dan pengelolaan destinasi wisata antara turis dan warga lokal, diharapkan dapat mengurangi beban pemerintah dan memastikan kelestarian situs-situs bersejarah dan budaya bagi generasi mendatang. Implementasi yang bertahap dan pemantauan yang cermat akan menjadi kunci keberhasilan sistem ini dalam jangka panjang. Keberhasilan program ini dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain yang menghadapi tantangan serupa dalam mengelola lonjakan jumlah wisatawan.