Persyaratan THR Ojol Tuai Pro dan Kontra di Kalangan Pengemudi

Persyaratan THR Ojol Tuai Pro dan Kontra di Kalangan Pengemudi

Imbauan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto terkait pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) kepada pengemudi ojek online (ojol) telah memicu beragam reaksi di kalangan para pengemudi. Meskipun langkah tersebut diapresiasi sebagai bentuk perhatian terhadap kesejahteraan mereka, namun mekanisme pencairan THR yang ditetapkan oleh pihak aplikator justru menimbulkan polemik. Aksi demonstrasi yang dilakukan pengemudi ojol beberapa waktu lalu di Jakarta Pusat menjadi bukti nyata keresahan yang mereka rasakan terkait permasalahan ini.

Salah satu poin krusial yang memicu perdebatan adalah persyaratan yang terbilang ketat untuk mendapatkan THR. Para pengemudi dibebani sejumlah kriteria yang dinilai memberatkan, seperti:

  • Menyelesaikan minimal 250 orderan dalam sebulan.
  • Terhubung online minimal sembilan jam per hari.
  • Menjaga tingkat penyelesaian orderan yang tinggi.
  • Mempertahankan rating pengemudi yang baik.
  • Tidak melanggar kode etik aplikasi.

Slamet, seorang pengemudi ojol yang ditemui di Jakarta, mengungkapkan pesimisme-nya akan mendapatkan THR dengan adanya persyaratan tersebut. Ia menilai, kriteria yang ditentukan sangat ketat dan tidak semua pengemudi mampu memenuhinya. Menurutnya, pemberian THR seharusnya lebih inklusif dan merata tanpa syarat yang memberatkan, terutama bagi pengemudi yang telah lama berkontribusi pada platform ojol tersebut. Ia mencontohkan, persyaratan 250 orderan per bulan merupakan beban berat bagi sebagian besar pengemudi. Apalagi, daftar pengemudi yang terdaftar sejak tahun 2015 hingga 2018 pun harus ikut terdampak. Menurutnya data aktifitas pengemudi sudah tercatat di aplikator, sehingga tidak perlu syarat yang rumit.

Pendapat senada juga disampaikan oleh Yono, pengemudi ojol lainnya. Ia berharap besaran THR yang diberikan lebih dari 20 persen dari rata-rata pendapatan bersih bulanan selama 12 bulan terakhir, mengingat fluktuasi pendapatan yang kerap dialami para pengemudi. Yono menambahkan bahwa orderan yang diterimanya beberapa bulan terakhir cenderung menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun demikian, ia tetap mengapresiasi inisiatif pemberian THR tersebut karena selama ini para pengemudi belum pernah menerima benefit semacam ini.

Sementara itu, harapan akan besaran nominal THR pun beragam. Rahmat, seorang pengemudi, berharap mendapatkan THR minimal Rp 3 juta, yang menurutnya setara dengan pendapatan harian Rp 100.000. Di sisi lain, Taufiq mengungkapkan ia tidak mengharapkan nominal yang besar, namun setidaknya adanya THR merupakan hal yang positif dan dapat membantu menambah penghasilan. Ia menilai nominal THR yang ideal berada di kisaran Rp 1 juta hingga Rp 3 juta. Perbedaan harapan ini mencerminkan keragaman kondisi dan kebutuhan di antara para pengemudi ojol.

Persoalan THR ojol ini menyoroti pentingnya keseimbangan antara upaya peningkatan kesejahteraan pengemudi dengan keberlanjutan bisnis platform ojol. Pembuatan kebijakan yang mempertimbangkan aspek keadilan dan realitas lapangan kerja para pengemudi menjadi krusial untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan saling menguntungkan bagi semua pihak.