Kebuntuan Negosiasi Gencatan Senjata Gaza: Hamas Tegaskan Penarikan Pasukan Israel sebagai Syarat Utama
Kebuntuan Negosiasi Gencatan Senjata Gaza: Hamas Tegaskan Penarikan Pasukan Israel sebagai Syarat Utama
Perundingan gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Doha memasuki babak baru yang diwarnai ketegangan. Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, menegaskan kembali tuntutan kelompoknya agar pasukan Israel segera menarik diri sepenuhnya dari Jalur Gaza, termasuk dari Koridor Philadelphia. Pernyataan ini disampaikan menyusul kegagalan mencapai kesepakatan mengenai fase kedua gencatan senjata yang berakhir pada 1 Maret 2025. Qassem menyatakan bahwa penempatan pasukan Israel di wilayah perbatasan Gaza-Mesir, khususnya di Koridor Philadelphia, merupakan pelanggaran kesepakatan gencatan senjata fase pertama dan menghambat proses perdamaian.
Israel, melalui pernyataan resmi, berdalih bahwa kehadiran militer di Koridor Philadelphia bertujuan mencegah penyelundupan senjata dari Mesir ke Jalur Gaza. Namun, Hamas menolak alasan tersebut dan menganggapnya sebagai upaya untuk mempertahankan kontrol atas wilayah strategis tersebut. Qassem menekankan bahwa Koridor Philadelphia telah menjadi salah satu poin krusial dalam negosiasi yang dimediasi oleh Qatar dan Amerika Serikat. Ia menambahkan bahwa laporan-laporan yang beredar mengindikasikan adanya proposal baru yang justru berusaha menghindari kesepakatan komprehensif mengenai Gaza, sebuah kecurigaan yang semakin memperkeruh suasana perundingan.
Kebuntuan ini diperparah oleh isu kemanusiaan. Hamas menuding Israel telah menghentikan bantuan kemanusiaan ke Gaza sejak 2 Maret 2025, sebagai tekanan untuk pembebasan sandera yang ditawan sejak serangan tahun 2023. Qassem menegaskan bahwa Hamas berkomitmen pada gencatan senjata, namun Israel juga harus memenuhi kewajibannya. Ia secara tegas meminta penarikan pasukan Israel dari seluruh Jalur Gaza dan Koridor Philadelphia sebagai langkah awal menuju perdamaian berkelanjutan. Ia juga menyatakan bahwa jika Israel terus melanjutkan agresi, Hamas tidak akan memiliki pilihan lain selain membela rakyatnya.
Sementara itu, media Israel sebelumnya melaporkan bahwa Israel meminta sejumlah sandera—baik yang hidup maupun yang telah meninggal—sebagai imbalan atas perpanjangan gencatan senjata selama 50 hari. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah laporan tersebut dan menyebutnya sebagai berita palsu. Situasi ini semakin memperumit negosiasi dan menimbulkan kekhawatiran akan kembalinya konflik berskala besar di Gaza. Perundingan tahap kedua yang bertujuan untuk penarikan pasukan Israel dari Gaza sebagai bagian dari proses mengakhiri perang yang telah menghancurkan Gaza dan menewaskan puluhan ribu orang, kini menghadapi tantangan yang signifikan.
- Poin-poin penting yang perlu diperhatikan:
- Hamas menuntut penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, termasuk Koridor Philadelphia.
- Israel berdalih kehadiran militernya untuk mencegah penyelundupan senjata.
- Negosiasi gencatan senjata terhambat oleh isu Koridor Philadelphia dan bantuan kemanusiaan.
- Israel membantah laporan permintaan sandera sebagai imbalan perpanjangan gencatan senjata.
- Ancaman eskalasi konflik tetap ada jika negosiasi gagal.
Kesimpulannya, situasi di Gaza tetap rawan dan membutuhkan solusi politik yang komprehensif. Keberhasilan negosiasi gencatan senjata sangat bergantung pada komitmen dan itikad baik dari kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang adil dan berkelanjutan.