Status Semburan Lumpur Lapindo Sidoarjo: Pakar Geologi ITS Ungkap Kemungkinan Berhentinya Aktivitas Vulkanik Lumpur
Status Semburan Lumpur Lapindo Sidoarjo: Analisis Pakar Geologi ITS
Beredarnya kabar melalui media sosial mengenai berhentinya semburan lumpur Lapindo di Kelurahan Siring, Kecamatan Porong, Sidoarjo, telah memicu beragam reaksi dan menimbulkan pertanyaan akan status terkini aktivitas vulkanik lumpur tersebut. Kabar yang viral tersebut membutuhkan konfirmasi dan analisis lebih lanjut dari pakar untuk memberikan gambaran yang akurat kepada publik.
Semburan lumpur yang terjadi sejak 29 Mei 2006, pukul 05.30 WIB, berlokasi sekitar 150 meter dari pemukiman warga, bermula dari Sumur Banjarpanji 1, yang merupakan bagian dari kegiatan eksplorasi gas Blok Brantas milik PT Lapindo Brantas di Desa Reno Kenongo, Kecamatan Porong. Meskipun kabar mengenai berhentinya semburan beredar luas, sejumlah warga masih melaporkan adanya aktivitas lumpur yang masih tampak terlihat. Hal ini diperkuat oleh kesaksian Sastro (42), mantan warga Desa Jatirejo, yang menyatakan bahwa ia masih menyaksikan semburan lumpur di tanggul penahan beberapa waktu setelah kabar tersebut viral. Pernyataan ini menunjukkan pentingnya verifikasi lapangan untuk memastikan kebenaran informasi yang beredar.
Menanggapi kabar tersebut, Prof. Dr. Ir. Amien Widodo, MSi, pakar Geologi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), memberikan penjelasan ilmiah terkait kemungkinan berhentinya semburan lumpur. Prof. Amien berpendapat bahwa berkurangnya atau habisnya cadangan gas di bawah permukaan tanah dapat menjadi faktor utama penyebab berkurangnya intensitas semburan. Gas, sebagai penggerak utama semburan lumpur, jika jumlahnya berkurang, akan mengakibatkan penurunan tekanan dan berkurangnya daya dorong lumpur ke permukaan.
"Kemungkinan, jika gas di bawah sudah habis, maka lama-kelamaan semburan akan berhenti. Gas berperan dalam mengangkat lumpur ke permukaan. Jika gasnya habis atau berkurang, daya angkatnya melemah, sehingga semburan bisa berhenti atau intensitasnya menurun," jelas Prof. Amien. Namun demikian, beliau menekankan perlunya kehati-hatian dalam menginterpretasi fenomena ini. Meskipun ada kemungkinan berhentinya semburan merupakan pertanda positif, Prof. Amien mengingatkan bahwa kondisi bawah permukaan masih belum dapat dipastikan sepenuhnya. Kondisi geologi yang kompleks di bawah lokasi semburan membutuhkan kajian lebih lanjut untuk memastikan penyebab sebenarnya dari perubahan aktivitas lumpur.
Kesimpulannya, pernyataan mengenai berhentinya semburan lumpur Lapindo perlu dikaji secara mendalam dengan menggabungkan data lapangan, kesaksian warga, dan analisis ilmiah dari pakar geologi. Informasi yang valid dan terverifikasi perlu disebarluaskan untuk mencegah penyebaran informasi yang menyesatkan dan memastikan pemahaman yang tepat terkait kondisi terkini semburan lumpur Lapindo.
Catatan: Pernyataan yang dikutip dari narasumber telah dirangkum dan disederhanakan untuk menjaga konteks dan menghindari misinterpretasi.