APBN 2025: Defisit Terkendali, Pertumbuhan Ekonomi Dorong Optimisme
APBN 2025: Defisit Terkendali, Pertumbuhan Ekonomi Dorong Optimisme
Hingga akhir Februari 2025, realisasi pendapatan negara mencapai Rp 316,9 triliun (10,5% dari target tahunan), sementara belanja negara terealisasi sebesar Rp 348,1 triliun (9,6% dari target). Hasilnya, defisit APBN tercatat sebesar Rp 31,2 triliun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan proyeksi defisit dua bulan sebesar Rp 102,7 triliun, yang dihitung berdasarkan proyeksi pro rata pendapatan dan belanja tahunan. Lebih menggembirakan lagi, terdapat surplus keseimbangan primer sebesar Rp 48,1 triliun. Surplus ini menunjukkan efektivitas kebijakan efisiensi anggaran pemerintah dalam menekan belanja, meskipun defisit keseluruhan masih ada, terutama disebabkan oleh pembayaran bunga utang yang cukup besar.
Keberhasilan menjaga defisit APBN di bawah kendali ini terjadi di tengah tantangan utang jatuh tempo yang besar di tahun 2025. Namun, kinerja ekonomi Indonesia yang positif, khususnya sektor manufaktur yang ekspansif, memberikan optimisme. Target pendapatan negara APBN 2025 sebesar Rp 3.005,1 triliun dan belanja negara Rp 3.621,3 triliun, dengan defisit direncanakan sebesar Rp 616,2 triliun (2,53% dari PDB), tetap menjadi acuan. Keseimbangan primer, yang merupakan pendapatan negara dikurangi belanja negara selain bunga, diproyeksikan defisit Rp 63,3 triliun.
Analisis Asumsi dan Realisasi APBN
Asumsi yang digunakan dalam APBN 2025 terbukti cukup prudent. Pertumbuhan ekonomi diasumsikan 5,2 persen, angka yang realistis berdasarkan tren pertumbuhan sebelumnya. Meskipun terdapat deviasi dari beberapa asumsi, deviasi tersebut tidak signifikan. Inflasi terealisasi lebih rendah dari asumsi (2,5%), dipengaruhi oleh program diskon listrik, penurunan tarif angkutan, dan normalisasi harga. Sebaliknya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (Rp 16.309-Rp 16.340) lebih tinggi dari asumsi (Rp 16.000). Harga minyak mentah juga lebih rendah dari asumsi (74,3-75,6 dolar AS/barel dibandingkan 82 dolar AS/barel), begitu pula dengan lifting minyak dan gas. Rendahnya harga minyak mentah dan lifting minyak memberikan keuntungan bagi Indonesia, mengurangi beban subsidi energi yang ditanggung APBN.
- Inflasi: Lebih rendah dari asumsi (akibat program pemerintah dan normalisasi harga).
- Nilai Tukar Rupiah: Lebih tinggi dari asumsi.
- Harga Minyak Mentah: Lebih rendah dari asumsi.
- Lifting Minyak & Gas: Lebih rendah dari asumsi.
- Yield SBN 10 tahun: Lebih rendah dari asumsi (6,88-6,98 persen dibandingkan 7 persen).
Tantangan Global dan Peluang Indonesia
Menteri Keuangan Sri Mulyani menekankan tantangan proteksionisme global dan meningkatnya unileteralisme oleh negara-negara besar, khususnya Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam mencapai konsensus kebijakan ekonomi global. Indonesia perlu bersiap memitigasi risiko, seperti potensi kebijakan tarif dari Amerika Serikat terhadap negara-negara surplus perdagangan, termasuk Indonesia. Namun, Indonesia juga memiliki peluang untuk memanfaatkan rekonfigurasi rantai pasok global dan memperkuat kerja sama regional di ASEAN dan BRICS.
Aktivitas manufaktur Indonesia tetap ekspansif (PMI manufaktur 53,6 persen), menempatkan Indonesia di posisi kedua setelah India. Neraca pembayaran 2024 ditutup dengan surplus 7,2 miliar dolar AS. Hal ini menopang optimisme terhadap APBN 2025. Tingginya capital inflow untuk Surat Berharga Negara (SBN) juga menunjukkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia.
Penerimaan Pajak dan Belanja Negara
Penerimaan pajak Januari-Februari 2025 lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya, terutama karena penyesuaian tarif pajak. Namun, tren jangka panjang menunjukkan peningkatan, sejalan dengan ekspansi sektor manufaktur. Belanja negara masih sesuai proyeksi, dengan upaya pemerintah untuk menjaga penyerapan anggaran pro rata setiap bulannya. Efisiensi anggaran difokuskan pada belanja yang tidak esensial, tanpa mengurangi belanja pegawai, layanan dasar, dan bantuan sosial. Transfer ke Daerah (TKD) juga telah disalurkan sesuai rencana, termasuk untuk gaji ASN, BOS, TPG, dan BOK/BOKB.
Kesimpulan
Meskipun terdapat tantangan global dan beberapa deviasi dari asumsi APBN, kinerja APBN 2025 hingga Februari menunjukkan tren positif. Defisit terkendali, pertumbuhan ekonomi yang kuat, dan kepercayaan investor yang tinggi memberikan optimisme bagi perekonomian Indonesia. Pemerintah terus berupaya menjaga stabilitas fiskal dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.