Inovasi Mahasiswa: Mengubah Limpahan Pepaya Menjadi Wine Berkualitas

Inovasi Mahasiswa: Mengubah Limpahan Pepaya Menjadi Wine Berkualitas

Cleary Budiman dan Davin Varian Ikwanto Koean, dua mahasiswa dari Petra Christian University (PCU) Surabaya, telah berhasil menciptakan sebuah inovasi yang menjawab permasalahan melimpahnya hasil panen pepaya di Desa Sugihwaras, Kediri. Mereka berhasil mengubah pepaya, buah yang sering dianggap komoditas murah, menjadi wine berkualitas tinggi yang diberi nama "Ababi", yang berarti 'buah para malaikat' dalam bahasa Karibia. Nama ini terinspirasi dari kisah Christopher Columbus yang menyebut pepaya sebagai 'buah dari surga'. Inovasi ini tidak hanya menawarkan cita rasa unik, tetapi juga memberikan solusi ekonomi bagi para petani pepaya di daerah tersebut.

Desa Sugihwaras, yang terletak di kaki Gunung Kelud, dikenal sebagai salah satu sentra penghasil pepaya di Jawa Timur. Suburnya tanah vulkanik di wilayah tersebut menghasilkan panen yang melimpah, namun ironisnya, kelebihan produksi justru menekan harga jual dan mengakibatkan kerugian bagi petani. Melihat permasalahan ini, Cleary dan Davin tergerak untuk mencari solusi. Setelah melakukan riset mendalam mengenai fermentasi buah dan melalui proses percobaan selama kurang lebih dua tahun, mereka berhasil menciptakan wine pepaya dengan komposisi yang tepat. Proses pengembangan ini tidaklah mudah. Mereka harus melakukan beberapa kali percobaan untuk mendapatkan takaran gula yang pas agar fermentasi berjalan sempurna dan menghasilkan rasa yang seimbang, tidak terlalu manis atau hambar.

Proses pembuatan wine Ababi dimulai dari pemilihan pepaya Bangkok yang matang sempurna. Pepaya tersebut dikupas, dipotong kecil-kecil, dan dipisahkan dari bijinya. Kemudian, pepaya diblender dengan perbandingan 1:1 bersama air. Setelah campuran menjadi halus, ditambahkan ragi sebanyak 1,5 gram dan gula pasir sebanyak 1/3 dari total berat pepaya. Proses fermentasi merupakan kunci utama dalam pembuatan wine ini. Selama 14 hari, ragi akan mengubah gula menjadi alkohol. Setelah itu, hasil fermentasi disaring untuk memisahkan ampasnya. Setelah proses fermentasi, wine tersebut kemudian didiamkan selama 7 hari untuk proses pengendapan, agar residu dan partikel halus mengendap di dasar botol. Hasil akhirnya adalah cairan bening berwarna keemasan dengan aroma khas pepaya yang segar dan rasa manis yang lembut, dengan kadar alkohol sekitar 12 persen.

Dalam proses percobaan, Cleary dan Davin juga mencoba berbagai jenis pepaya lainnya, seperti pepaya California dan Hawaii. Namun, pepaya Bangkok memberikan hasil terbaik karena tingkat kemanisan yang pas, tekstur yang lebih halus, dan rasa asam yang lebih rendah, menghasilkan wine dengan rasa manis yang seimbang dan tekstur yang lebih lembut. Aroma yang dihasilkan dari fermentasi pepaya Bangkok juga lebih halus dan elegan. Wine pepaya Ababi menawarkan karakter rasa yang berbeda dari wine anggur pada umumnya. Meskipun tren makanan dan minuman sehat sedang marak, Cleary dan Davin melihat potensi pasar yang menjanjikan untuk wine di Indonesia, mengingat konsumen minuman beralkohol cenderung lebih royal untuk produk berkualitas. Keunggulan wine Ababi terletak pada keunikan rasa dan daya simpannya yang panjang, sehingga meminimalisir risiko kerugian akibat kelebihan produksi.

Mereka memilih untuk membuat wine karena daya simpannya yang lama, sehingga mengatasi masalah kelebihan produksi. Ke depannya, inovasi ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian petani pepaya di Desa Sugihwaras dan daerah sekitarnya, serta membuka peluang pasar baru bagi produk minuman beralkohol lokal yang inovatif.

  • Proses Pembuatan:
    • Pemilihan pepaya Bangkok matang.
    • Pengupasan, pemotongan, dan pemisahan biji.
    • Pemblenderan dengan perbandingan 1:1 pepaya dan air.
    • Penambahan ragi (1,5 gram) dan gula (1/3 berat pepaya).
    • Fermentasi selama 14 hari.
    • Penyaringan.
    • Pengendapan selama 7 hari.
    • Pengemasan.