Desakan Akselerasi Pendanaan Iklim Jelang COP30: Tantangan Global Menuju Transisi Energi Berkelanjutan

Desakan Akselerasi Pendanaan Iklim Jelang COP30: Tantangan Global Menuju Transisi Energi Berkelanjutan

Presiden Conference of the Parties (COP) ke-30, Andre Aranha Correa do Lago, meluncurkan seruan global untuk percepatan aliran dana iklim. Desakan ini disampaikan menjelang penyelenggaraan COP30 di Belem, Brasil, November 2025 mendatang, di mana isu krusial realisasi kesepakatan pembiayaan iklim senilai 1,3 triliun dolar AS akan menjadi fokus utama. Surat terbuka Presiden COP30 tersebut menekankan urgensi aksi kolektif untuk mengatasi darurat iklim global, mengingat temuan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang menunjukkan peran vital pembiayaan, teknologi, dan kerja sama internasional dalam mempercepat aksi iklim.

Lago secara tegas menyatakan perlunya peningkatan signifikan pendanaan, baik untuk adaptasi maupun mitigasi perubahan iklim. Ia menyerukan penguatan target COP28 untuk tiga kali lipat peningkatan energi terbarukan, dua kali lipat efisiensi energi, dan penghapusan bertahap bahan bakar fosil. Perlindungan dan pemulihan hutan juga diprioritaskan. Lebih jauh lagi, Lago mendesak agar COP30 menjadi lebih dari sekadar negosiasi, dengan menuntut para pemimpin global untuk merealisasikan janji dan komitmen mereka terhadap iklim.

Menteri Lingkungan dan Perubahan Iklim Brasil, Marina Silva, mendukung pernyataan Presiden COP30. Silva menyebut surat tersebut sebagai panggilan bagi pemerintah, masyarakat sipil, ilmuwan, sektor bisnis, masyarakat adat, dan komunitas lokal untuk mengatasi perbedaan dan bersatu dalam era baru aksi iklim yang berfokus pada realisasi komitmen Perjanjian Paris. Ia menekankan pentingnya kerja sama antarnegara dalam menghadapi perubahan iklim, dengan multilateralisme sebagai satu-satunya jalur menuju keberhasilan.

Pandangan senada disampaikan Kjell Kuhne, Direktur Leave it in the Ground Initiative (LINGO). Kuhne menyatakan perlunya reformasi sistem keuangan global untuk mempertimbangkan biaya lingkungan dan sosial yang selama ini terabaikan. Ia meyakini bahwa dengan kemauan politik yang kuat, institusi seperti IMF dan bank sentral mampu mengucurkan dana triliunan untuk mempercepat transisi energi, jika pemerintah memberikan dukungan yang memadai. Keterlibatan semua pemangku kepentingan, dari pemerintah hingga lembaga keuangan internasional, mutlak diperlukan untuk mengatasi krisis iklim yang kompleks ini.

Tantangan ke Depan:

Percepatan pendanaan iklim menghadapi berbagai tantangan kompleks. Selain ketersediaan dana, mekanisme distribusi yang adil dan transparan, serta akuntabilitas dalam penggunaan dana, menjadi isu krusial. Peran negara maju dalam memenuhi komitmen pendanaan iklim mereka juga akan menentukan keberhasilan upaya global ini. Keberhasilan COP30 akan sangat bergantung pada komitmen nyata dari para pemimpin dunia untuk mengatasi krisis iklim dan membangun masa depan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.

  • Pentingnya peningkatan pendanaan adaptasi dan mitigasi iklim.
  • Peran vital teknologi dan kerjasama internasional.
  • Urgensi reformasi sistem keuangan global.
  • Komitmen negara maju terhadap pendanaan iklim.
  • Pentingnya kolaborasi antar pemangku kepentingan.