Penurunan Penjualan Minyakita di Pasar Depok Akibat Isu Takaran Berkurang

Penurunan Penjualan Minyakita di Pasar Depok Akibat Isu Takaran Berkurang

Seorang pedagang bahan pokok di Pasar Sukatani, Tapos, Kota Depok, mengeluhkan penurunan drastis penjualan minyak goreng kemasan Minyakita. Penurunan ini dipicu oleh isu beredarnya Minyakita dengan takaran yang tidak sesuai dengan yang tertera pada kemasan. Ester (44), pedagang tersebut, menyatakan bahwa penjualan Minyakita yang biasanya mencapai 5-6 liter per hari, kini nyaris nihil. “Sejak isu ini muncul, Minyakita sangat sulit terjual,” ujarnya kepada Kompas.com pada Kamis (13/3/2025). Ia menambahkan bahwa stok Minyakita yang dibeli sebelum bulan puasa pun masih menumpuk.

Harga beli Minyakita dari agen mencapai Rp 17.000 per liter, sementara Ester menjualnya seharga Rp 18.000 per liter. Harga jual tersebut belum termasuk biaya kantong plastik. Meskipun demikian, ia mengaku kesulitan bersaing dengan merek lain yang harganya lebih tinggi, namun terbebas dari isu pengurangan takaran. “Banyak pembeli beralih ke merek lain seperti Fitri atau Tropical, meskipun harganya lebih mahal,” terang Ester. Kehilangan pendapatan selama dua minggu terakhir memaksanya untuk mempertimbangkan ulang penjualan Minyakita.

Akibat kerugian yang dialami dan minimnya minat beli dari konsumen, Ester menyatakan akan menghentikan penjualan Minyakita dan beralih ke merek lain yang dianggapnya lebih menjanjikan dan aman secara bisnis. “Saya kapok menjual Minyakita. Saya akan beralih ke merek lain yang lebih pasti dan aman keuntungannya,” tegasnya. Keputusan ini mencerminkan dampak signifikan isu takaran Minyakita terhadap pedagang kecil di pasar tradisional.

Sebelumnya, Wakil Wali Kota Depok, Chandra Rahmansyah, melakukan inspeksi mendadak di Pasar Sukatani untuk memverifikasi isu tersebut. Didampingi UPT Metrologi Legal Depok, Chandra memeriksa empat kemasan Minyakita berukuran satu liter. Hasilnya mengejutkan: dua botol Minyakita dari produsen berbeda ditemukan memiliki volume di bawah satu liter. Satu botol dari PT Borneo Mitra Bersama Sejati hanya berisi 700 ml, sedangkan botol lain dari PT Navyta Nabati Indonesia berisi 800 ml. Dua kemasan Minyakita dalam bentuk pouch dari distributor berbeda, di sisi lain, sesuai dengan takaran yang tertera.

Temuan ini semakin memperkuat keresahan pedagang seperti Ester dan menimbulkan pertanyaan mengenai pengawasan distribusi Minyakita serta perlindungan bagi pedagang kecil yang terdampak isu tersebut. Ke depannya, diperlukan langkah-langkah konkrit untuk memastikan kualitas dan kuantitas Minyakita sesuai standar yang telah ditetapkan, serta memberikan solusi bagi para pedagang yang mengalami kerugian akibat isu ini. Perlu juga adanya edukasi kepada konsumen untuk membedakan Minyakita asli dengan yang palsu dan memastikan kemasan tertera sesuai dengan isi.