BMKG Sumsel Prediksi Kemarau Ekstrim Tahun Ini, Ancaman Karhutla Meningkat
BMKG Sumsel Prediksi Kemarau Ekstrim Tahun Ini, Ancaman Karhutla Meningkat
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumatera Selatan (Sumsel) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi kemarau ekstrim yang diperkirakan akan melanda wilayah tersebut pada periode Juni hingga Oktober 2025. Prediksi ini mengindikasikan kondisi yang jauh lebih kering dibandingkan musim kemarau tahun 2024, mengakibatkan peningkatan risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumsel, Wandayantolis, menjelaskan bahwa perbedaan signifikan ini disebabkan oleh fenomena La Nina pada tahun 2024 yang mengakibatkan kemarau basah. Kondisi tersebut menyebabkan suhu udara diprediksi akan meningkat secara signifikan sepanjang musim kemarau tahun ini.
"Kemarau tahun ini akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2024," tegas Wandayantolis dalam keterangannya pada Kamis (13/3/2025). Kondisi ini, menurutnya, akan meningkatkan jumlah hotspot atau titik panas di Sumsel. Dengan meningkatnya jumlah titik panas, potensi karhutla pun diprediksi akan jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun upaya mitigasi akan dilakukan, BMKG menekankan pentingnya kesiapsiagaan dan tindakan pencegahan yang lebih intensif untuk meminimalisir dampak negatifnya. "Tahun lalu, saat kemarau masih tergolong basah, kita masih mencatat adanya hotspot. Bayangkan, pada kemarau ekstrim tahun ini, potensinya akan jauh lebih besar dan meluas," imbuhnya.
Lebih lanjut, Wandayantolis mengungkapkan bahwa Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) diprediksi akan menjadi wilayah yang paling terdampak. Musim kemarau di OKI diperkirakan akan dimulai lebih awal, tepatnya pada dasarian pertama Mei 2025, dan berlangsung lebih panjang dibandingkan daerah lain di Sumsel. Luasnya lahan gambut di OKI menjadi perhatian utama, sehingga fokus penanganan karhutla perlu diprioritaskan di wilayah ini. "Kita berharap fokus penanganan karhutla diarahkan ke OKI, mengingat luasnya lahan gambut di sana," ujarnya. Selain upaya pemerintah, kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan juga sangat krusial dalam mencegah terjadinya karhutla.
Sementara itu, daerah lain di Sumsel diperkirakan akan memasuki musim kemarau pada dasarian pertama dan kedua Juni 2025. BMKG Sumsel akan berkolaborasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel untuk melakukan berbagai upaya antisipasi dan mitigasi, termasuk modifikasi cuaca dan pembasahan lahan guna mencegah penyebaran api. Edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat juga akan gencar dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya pembakaran lahan dan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. "Di lapangan, kami akan melakukan edukasi masif kepada masyarakat agar tidak membakar lahan secara sengaja karena dampaknya sangat luas dan membahayakan," pungkas Wandayantolis.
Berikut beberapa poin penting terkait langkah antisipasi yang akan dilakukan:
- Kolaborasi BMKG dan BPBD Sumsel: Kerja sama antar lembaga untuk melakukan mitigasi bencana, termasuk modifikasi cuaca dan pembasahan lahan.
- Edukasi dan Sosialisasi kepada Masyarakat: Peningkatan kesadaran masyarakat mengenai bahaya pembakaran lahan.
- Penetapan Prioritas Wilayah: Fokus penanganan karhutla di wilayah yang berisiko tinggi, khususnya OKI.
BMKG Sumsel menekankan pentingnya kesiapsiagaan dan kolaborasi semua pihak untuk menghadapi potensi kemarau ekstrim dan meminimalisir dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat.