Kementerian PKP Jalin Kolaborasi dengan ITB dan IAI untuk Perencanaan Tata Kota Bandung yang Berkelanjutan

Kementerian PKP Jalin Kolaborasi dengan ITB dan IAI untuk Perencanaan Tata Kota Bandung yang Berkelanjutan

Kementerian Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PKP) baru-baru ini menggelar pertemuan penting dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dan para akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Pertemuan yang berlangsung di kantor Kementerian PKP pada Kamis, 13 Maret 2025, difokuskan pada upaya bersama untuk merancang penataan Kota Bandung yang lebih komprehensif dan berkelanjutan. Menteri PKP, Maruarar Sirait, menekankan pentingnya pendekatan kolaboratif yang melibatkan pemerintah, akademisi, dan praktisi untuk menciptakan kawasan perkotaan yang layak huni dan mampu menjawab tantangan urbanisasi yang kompleks.

Sinergi antar pemangku kepentingan ini dinilai krusial dalam menghadapi tantangan spesifik yang dihadapi Kota Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia. Menteri Sirait menambahkan bahwa perencanaan yang matang dan terintegrasi akan memastikan pembangunan berorientasi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Pertemuan tersebut menghasilkan diskusi mendalam mengenai berbagai aspek penataan kota, mulai dari perencanaan tata ruang yang terukur, revitalisasi kawasan permukiman kumuh, hingga peningkatan kualitas lingkungan hidup perkotaan secara menyeluruh. Salah satu poin penting yang diangkat adalah pentingnya pendekatan humanis dalam pembangunan perkotaan.

Salah satu gagasan inovatif yang menjadi fokus diskusi adalah konsep Udevelop. Konsep ini menekankan pembangunan di pusat kota tanpa menggusur warga setempat, dengan fokus pada penyediaan apartemen terjangkau. Model Kemitraan Masyarakat, Pemerintah, dan Badan Usaha (KMPBU) diusulkan sebagai mekanisme untuk mengintegrasikan masyarakat yang tinggal di kawasan kumuh sebagai pemegang saham dalam proyek pembangunan tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberikan solusi inklusif dan berkelanjutan, memastikan partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan dan meningkatkan taraf hidup mereka.

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, turut hadir dalam pertemuan tersebut dan memaparkan tantangan yang dihadapi pemerintah kota dalam penataan kawasan permukiman. Ia mencontohkan pembangunan rumah susun yang belum terisi penuh, meskipun telah dibangun di kawasan padat penduduk. Hal ini menunjukkan perlunya strategi yang lebih terpadu untuk memastikan kesesuaian antara penyediaan hunian dengan kebutuhan masyarakat. Lebih lanjut, Wali Kota Farhan juga menyampaikan fokus pemerintah kota untuk menciptakan kawasan permukiman yang lebih sehat, khususnya dalam upaya mengurangi angka penderita Tuberkulosis yang masih tinggi di kawasan kumuh akibat kondisi tempat tinggal yang tidak layak.

Dengan melibatkan IAI dan akademisi ITB, diharapkan solusi yang dihasilkan tidak hanya berbasis regulasi semata, tetapi juga berlandaskan pada praktik terbaik desain dan pengelolaan kota yang berkelanjutan. Kerja sama ini menjanjikan terwujudnya penataan Kota Bandung yang lebih terencana, inklusif, dan berwawasan lingkungan, dengan memperhatikan aspek kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Proses kolaborasi ini diharapkan menjadi model bagi penataan kota di wilayah lain di Indonesia.

Tantangan yang Dihadapi Kota Bandung dalam Penataan Kawasan Permukiman: * Pembangunan rumah susun yang belum terisi penuh. * Tingginya angka penderita Tuberkulosis di kawasan kumuh. * Kebutuhan akan pendekatan humanis dan inklusif dalam pembangunan. * Perlunya strategi terpadu untuk memastikan kesesuaian antara penyediaan hunian dan kebutuhan masyarakat.