Analisis Ekonomi dan Sosial Dampak LRT Jabodebek: Penghematan Miliaran Rupiah dan Pertumbuhan Ekonomi Regional

Analisis Ekonomi dan Sosial Dampak LRT Jabodebek: Penghematan Miliaran Rupiah dan Pertumbuhan Ekonomi Regional

Sejak beroperasi pada 28 Agustus 2023, LRT Jabodebek telah menorehkan catatan signifikan dalam hal jumlah pengguna. Hingga 13 Maret 2025, tercatat lebih dari 30.840.459 penumpang telah memanfaatkan moda transportasi ini untuk mobilitas harian mereka di wilayah Jabodebek. Keberadaan LRT Jabodebek tidak hanya sekadar meningkatkan efisiensi perjalanan, tetapi juga berdampak luas pada aspek ekonomi dan sosial, sebagaimana diungkapkan dalam studi Pusat Pengujian, Pengukuran, Pelatihan, Observasi dan Layanan Rekayasa (Polar) Universitas Indonesia (UI).

Studi Polar UI mengungkap serangkaian penghematan ekonomi yang signifikan sebagai akibat peralihan dari kendaraan pribadi ke LRT Jabodebek. Salah satu dampak terbesar adalah penurunan angka kecelakaan lalu lintas. Studi tersebut memperkirakan penghematan mencapai Rp 4,6 triliun per tahun dalam biaya yang terkait dengan kecelakaan, perawatan medis, dan kerugian ekonomi lainnya. Selain itu, berkurangnya volume kendaraan bermotor di jalan raya secara langsung mengurangi beban pada infrastruktur jalan. Hal ini menghasilkan penghematan biaya perbaikan infrastruktur jalan raya sebesar Rp 19,1 miliar per tahun. Dari sudut pandang lingkungan, penghematan energi yang dihasilkan oleh LRT Jabodebek berdampak pada pengurangan emisi karbon, dengan nilai estimasi penghematan mencapai Rp 269 miliar per tahun. Terakhir, studi ini juga memperhitungkan penghematan biaya bahan bakar yang signifikan bagi masyarakat, yang diperkirakan mencapai Rp 114,5 miliar per tahun.

Dampak positif LRT Jabodebek tidak hanya terbatas pada penghematan biaya. Kehadiran LRT juga berkontribusi pada peningkatan aktivitas ekonomi di sekitar stasiun. Studi menunjukkan kenaikan harga lahan rata-rata 40-45 persen dalam radius 0,5-1 km dari stasiun dan 35-40 persen dalam radius 2-3 km. Pusat perbelanjaan dan berbagai usaha di sekitar stasiun, seperti rumah makan, kafe, dan pusat komersial lainnya, mengalami peningkatan signifikan dalam pendapatan dan aktivitas bisnis. Hal ini menunjukkan stimulasi ekonomi yang signifikan akibat peningkatan aksesibilitas dan mobilitas masyarakat.

Integrasi LRT Jabodebek dengan moda transportasi lain, seperti Biskita di beberapa stasiun, semakin memperkuat konektivitas dan kemudahan aksesibilitas. Sistem transportasi yang terintegrasi ini memberikan pilihan yang lebih beragam dan efisien bagi pengguna. LRT Jabodebek sendiri melayani 366 perjalanan pada hari kerja dan 270 perjalanan pada akhir pekan, dengan tarif yang bervariasi antara Rp 5.000 hingga Rp 20.000, tergantung jarak tempuh dan waktu perjalanan (peak/off-peak hours).

Executive Vice President LRT Jabodebek, Mochamad Purnomosidi, menekankan dampak positif LRT terhadap mobilitas masyarakat dan pertumbuhan ekonomi regional. Beliau menyatakan bahwa LRT Jabodebek tidak hanya meningkatkan efisiensi transportasi, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi di area sekitar stasiun melalui peningkatan aktivitas bisnis dan kemudahan akses. LRT Jabodebek berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam meningkatkan efisiensi transportasi dan mendorong perkembangan kawasan perkotaan yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan.

Berikut ringkasan dampak positif LRT Jabodebek:

  • Penghematan Biaya:
    • Pengurangan biaya kecelakaan: Rp 4,6 triliun per tahun
    • Penghematan biaya perbaikan infrastruktur: Rp 19,1 miliar per tahun
    • Pengurangan emisi karbon (nilai ekonomi): Rp 269 miliar per tahun
    • Penghematan biaya bahan bakar pengguna: Rp 114,5 miliar per tahun
  • Pertumbuhan Ekonomi:
    • Kenaikan harga lahan di sekitar stasiun
    • Peningkatan aktivitas bisnis di sekitar stasiun
  • Peningkatan Mobilitas dan Aksesibilitas:
    • Integrasi dengan moda transportasi lain
    • Frekuensi perjalanan yang tinggi