Inovasi Ramadhan: Drumband Djamruts, Menggemakan Sahur dan Cegah Kenakalan Remaja di Pasuruan

Inovasi Ramadhan: Drumband Djamruts, Menggemakan Sahur dan Cegah Kenakalan Remaja di Pasuruan

Di tengah maraknya aksi kenakalan remaja seperti perang sarung, sebuah kelompok drumband di Kota Pasuruan, Jawa Timur, menawarkan alternatif positif: membangunkan sahur dengan irama musik yang meriah. Kelompok yang bernama 'Djamruts' ini telah menjadi fenomena lokal, mengubah tradisi membangunkan sahur menjadi pertunjukan musik yang menghibur dan sekaligus mencegah potensi gangguan keamanan. Sejak tahun 2017, Djamruts konsisten mengisi bulan Ramadhan dengan patrol sahur, menyambangi berbagai kampung dan gang perkampungan dengan iringan musik drumband yang energik.

Beranggotakan 15 hingga 25 remaja, Djamruts memainkan beragam alat musik drumband, mulai dari drum bass, cymbal, marching percussion, hingga peralatan color guard. Mereka dengan terampil memainkan lagu-lagu pilihan, baik lagu-lagu populer seperti "Ciinan Bana" dan "Gala-gala", maupun lagu-lagu sholawat. Tidak hanya sekadar membangunkan sahur, kehadiran mereka juga memberikan warna tersendiri bagi suasana Ramadhan di Kota Pasuruan. Para anggotanya, banyak yang merupakan para pemuda yang dulunya sempat terjerat potensi kenakalan remaja, kini menemukan wadah positif untuk menyalurkan energi dan bakat mereka.

Proses pembentukan Djamruts sendiri cukup unik. Berawal dari inisiatif beberapa remaja yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA pada tahun 2017, mereka belajar memainkan alat musik drumband secara otodidak. Kini, kelompok ini dipimpin oleh Dwi Darmanto, salah satu anggota angkatan pertama yang masih aktif mengkoordinir kegiatan kelompok tersebut. Ia menjelaskan, selama Ramadhan, anggota yang masih bersekolah akan berlatih dan berpatroli setelah sholat Tarawih, sementara anggota yang tidak bersekolah akan berpatroli di pagi hari untuk membangunkan sahur.

Salah satu anggota Djamruts, Bima Cahya, mengaku lebih memilih berpartisipasi dalam patrol sahur daripada terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang berpotensi merugikan, seperti perang sarung atau balap liar. Hal senada juga diungkapkan oleh Arif Syaifullah, yang merasa kegiatan ini tidak hanya bermanfaat untuk mengisi waktu luang, tetapi juga sebagai media belajar dan menabung untuk membeli alat musik secara mandiri. Bahkan, mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk mengumpulkan dana tambahan lewat 'nyawer' dari warga yang terhibur dengan penampilan mereka.

Respon positif juga datang dari warga sekitar. Doni Adrian, warga Kelurahan Karanganyar, mengungkapkan apresiasinya terhadap kegiatan patrol sahur yang dilakukan Djamruts. Menurutnya, kehadiran Djamruts tidak hanya membangunkan warga untuk sahur, tetapi juga turut mengurangi potensi kenakalan remaja di lingkungan sekitar. Suara musik drumband yang meriah, menurutnya, mampu membangunkan warga dengan cara yang unik dan menyenangkan, sekaligus menciptakan suasana Ramadhan yang lebih meriah dan positif.

Djamruts bukan sekadar kelompok drumband biasa; mereka adalah contoh nyata bagaimana kreativitas dan inisiatif remaja dapat diwujudkan menjadi kegiatan positif yang bermanfaat bagi masyarakat, sekaligus sebagai alternatif bagi kegiatan-kegiatan yang berisiko tinggi.

Peralatan yang digunakan oleh Djamruts:

  • Drum
  • Cymbal
  • Marching Percussion
  • Drum Sticks
  • Drum Harness
  • Drum Pad
  • Peralatan Color Guard