BMKG: Prediksi Musim Kemarau 2025; Pergeseran Waktu dan Intensitas di Berbagai Wilayah Indonesia
BMKG: Prediksi Musim Kemarau 2025; Pergeseran Waktu dan Intensitas di Berbagai Wilayah Indonesia
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) baru-baru ini merilis prakiraan terkait musim kemarau tahun 2025 di Indonesia. Analisis yang dilakukan menyoroti potensi pergeseran waktu dimulainya musim kemarau serta variasi intensitas kekeringan di berbagai wilayah Nusantara. Informasi ini disampaikan langsung oleh Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers yang digelar di Kantor Pusat BMKG, Kemayoran, Jakarta, pada 13 Maret 2025.
Awal Musim Kemarau: Variasi Waktu di Seluruh Indonesia
Berdasarkan data klimatologi periode 1991-2020, BMKG memprediksi awal musim kemarau 2025 akan menunjukkan variasi di berbagai zona musim (ZOM). Sekitar 30% wilayah Indonesia diperkirakan mengalami awal musim kemarau yang sesuai dengan kondisi normalnya. Wilayah-wilayah ini meliputi Sumatera, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, sebagian Maluku, dan sebagian Maluku Utara.
Namun, terdapat pula wilayah yang diprediksi akan mengalami keterlambatan (mundur) dimulainya musim kemarau. Persentase mencapai 29% dari seluruh ZOM. Wilayah yang termasuk kategori ini adalah Kalimantan Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian wilayah Sulawesi, sebagian Maluku Utara, dan Merauke. Kondisi ini mengindikasikan potensi periode basah yang lebih panjang di daerah-daerah tersebut dibandingkan dengan pola historisnya.
Sebanyak 22% ZOM lainnya diprediksi akan memasuki musim kemarau lebih cepat (maju) dari biasanya. Ini menandakan potensi awal kemarau yang lebih dini dan perlu diwaspadai di wilayah-wilayah yang masuk dalam kategori ini.
Intensitas Musim Kemarau: Normal, di Atas Normal, dan di Bawah Normal
Prakiraan BMKG tidak hanya mencakup waktu dimulainya musim kemarau, tetapi juga mengenai intensitas kekeringan yang diperkirakan terjadi. Sebagian besar wilayah Indonesia, tepatnya 416 ZOM (sekitar 62%), diprediksi akan mengalami musim kemarau dengan intensitas normal. Wilayah ini mencakup sebagian besar Sumatera, Jawa Timur, Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Papua.
Namun, sekitar 185 ZOM (27%) berpotensi mengalami musim kemarau dengan intensitas di atas normal. Wilayah yang masuk dalam kategori ini meliputi sebagian Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa Barat dan Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian kecil Sulawesi, dan Papua bagian Tengah. Penting bagi masyarakat di daerah-daerah tersebut untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kekeringan yang lebih parah.
Sebaliknya, 98 ZOM (15%) diproyeksikan akan mengalami musim kemarau dengan intensitas di bawah normal. Kondisi ini menunjukan potensi curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya di wilayah-wilayah tersebut selama periode kemarau. Wilayah yang termasuk dalam kategori ini antara lain Sumatera Utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Papua Selatan.
Puncak Musim Kemarau: Juni, Juli, dan Agustus
BMKG memprediksi puncak musim kemarau tahun 2025 akan terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus. Meskipun waktu puncak kemarau relatif sama di sebagian besar wilayah Indonesia, penting untuk tetap memperhatikan variasi intensitas kekeringan yang berbeda-beda di setiap wilayah, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Masyarakat diimbau untuk selalu memantau informasi cuaca terkini dari BMKG dan mengikuti arahan dari instansi terkait untuk mengurangi potensi dampak negatif dari musim kemarau.