Ancaman Resesi Global: Dampak Perubahan Iklim terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Ancaman Resesi Global: Dampak Perubahan Iklim terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Sebuah laporan kolaboratif dari Boston Consulting Group (BCG), Cambridge Judge Business School, dan climaTraces Lab University of Cambridge memproyeksikan penurunan signifikan Produk Domestik Bruto (PDB) global jika langkah-langkah mitigasi perubahan iklim tidak segera diimplementasikan. Studi ini, yang memanfaatkan model makrofinansial iklim jangka panjang dari Network of Central Banks and Supervisors for Greening the Financial System (NGFS), menggambarkan skenario yang mengkhawatirkan bagi perekonomian global.

Berdasarkan asumsi pertumbuhan PDB global tahunan rata-rata 3 persen hingga 2050 (dengan rentang 2,5 persen hingga 3,5 persen), studi tersebut memperlihatkan penurunan drastis jika pemanasan global mencapai 3 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri pada akhir abad ini. Dalam skenario ini, output ekonomi kumulatif global diperkirakan akan berkurang sebesar 15 hingga 34 persen pada tahun 2100. Namun, ada secercah harapan. Jika pemanasan global dapat dibatasi hingga 2 derajat Celcius, penurunan ekonomi dapat ditekan hingga angka yang lebih rendah, yaitu 2 persen hingga 4 persen.

Meskipun membatasi pemanasan global hingga 2 derajat Celcius merupakan tantangan besar yang membutuhkan investasi signifikan (1 hingga 2 persen dari PDB kumulatif untuk mitigasi dan adaptasi iklim), laporan tersebut menekankan pentingnya tindakan proaktif. Wendy Woods, wakil ketua BCG untuk dampak sosial, iklim, dan keberlanjutan, menyatakan bahwa sebagian besar dampak negatif terhadap PDB dapat dikurangi dengan tindakan yang tepat. Ia menambahkan bahwa dengan strategi mitigasi dan adaptasi yang efektif, kerugian PDB dapat ditekan hingga sekitar 4 persen, menyelamatkan hampir 30 persen dari PDB global.

Temuan ini sejalan dengan laporan lain dari Institute and Faculty of Actuaries (IFoA) yang memproyeksikan penurunan PDB global yang lebih tinggi, hingga 50 persen antara tahun 2070 dan 2090, jika tidak ada tindakan yang diambil. Laporan IFoA juga menyoroti risiko berjenjang yang saling terkait dari perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan polusi, yang mengancam 'solvabilitas planet'.

Mitigasi dan Adaptasi: Investasi Strategis untuk Masa Depan

Laporan BCG menyoroti pentingnya mitigasi iklim sebagai strategi paling hemat biaya untuk mengurangi kerusakan ekonomi. Investasi adaptasi iklim juga krusial untuk meminimalkan dampak negatif. Analisis menunjukkan bahwa dalam skenario pemanasan global 2 derajat Celcius, investasi mitigasi harus meningkat sembilan kali lipat, sementara investasi adaptasi harus meningkat 13 kali lipat. Sekitar 60 persen dari investasi ini harus dilakukan sebelum tahun 2050, meskipun sebagian besar manfaat ekonominya akan dirasakan setelah tahun tersebut. Sebaliknya, jika tidak ada investasi aksi iklim, 95 persen kerusakan ekonomi diperkirakan akan terjadi setelah tahun 2050.

Laporan ini merekomendasikan beberapa langkah prioritas untuk mempercepat aksi iklim, antara lain:

  • Penguatan kebijakan iklim nasional: untuk mempercepat mitigasi dan adaptasi.
  • Peningkatan kerja sama internasional: dalam mengatasi perubahan iklim.

Kesimpulannya, laporan ini memberikan gambaran yang jelas tentang risiko ekonomi yang signifikan akibat perubahan iklim dan menekankan urgensi tindakan kolektif untuk mengurangi dampaknya. Investasi dalam mitigasi dan adaptasi iklim bukanlah sekadar pengeluaran, melainkan investasi strategis untuk melindungi perekonomian global dan memastikan kemakmuran generasi mendatang.