Menghilangkan Bekas Masa Lalu: Kisah Dua Warga Jakarta Selatan Menghapus Tato
Menghilangkan Bekas Masa Lalu: Kisah Dua Warga Jakarta Selatan Menghapus Tato
Di tengah hiruk pikuk Ibu Kota, dua warga Jakarta Selatan, Adit Setiawan dan Raike (56), tengah menjalani proses penghapusan tato di Kantor Wali Kota Jakarta Selatan. Bukan sekadar menghilangkan tinta di kulit, mereka berharap proses ini juga mampu menghapus beban masa lalu yang selama ini membebani hati. Pada Kamis, 13 Maret 2025, keduanya duduk di ruang penghapusan tato, menantikan giliran untuk memulai terapi yang cukup menyakitkan namun sarat makna ini.
Adit, dengan tato berukuran sejengkal di punggungnya, mengungkapkan bahwa tato tersebut dibuat pada tahun 2012 sebagai bentuk rasa ingin tahu semata. Tulisan kecil di punggungnya, yang awalnya hanya sekadar iseng, kini menjadi sumber pertanyaan dari sang anak yang mulai tumbuh besar. Pertanyaan polos anaknya, “Ini apa?”, telah menimbulkan kegelisahan dalam diri Adit. Ia khawatir anaknya akan meniru tindakannya di masa muda. Keinginan untuk menjadi teladan bagi anaknya menjadi salah satu motivasi Adit untuk menghapus tato tersebut. Proses penghapusan tato ini, yang diperkirakan membutuhkan tujuh kali perawatan, baru memasuki sesi kedua. Adit menjalani prosedur ini dengan penuh kesabaran dan pasrah.
Berbeda dengan Adit, Raike memiliki kisah yang lebih kompleks di balik tatonya. Dua tato di lengan kanan dan kirinya bukan hanya sekadar tren masa muda, melainkan juga cerita pahit tentang penolakan ibunya. Saat masih SMA, Raike mengikuti tren tato. Namun, sang ibu sangat menentang hingga ia sampai menjalani operasi bedah plastik untuk menghapusnya. Sayangnya, operasi tersebut tidak sepenuhnya berhasil, bahkan meninggalkan bekas luka yang membuatnya menambahkan tato baru di atasnya. Penyesalan pun menghampiri ketika anaknya mulai bertanya tentang tato tersebut. “Setiap kali saya buka baju, dia nanya, ‘Abi, itu apa?’ Wah, rasanya kayak dihantem kepala saya,” ungkap Raike dengan nada getir. Ia berharap program penghapusan tato gratis seperti ini dapat diadakan lebih sering, misalnya tiga kali dalam setahun, guna membantu mereka yang ingin menghapus jejak masa lalu dan memulai lembaran baru.
Bagi Adit dan Raike, penghapusan tato bukan sekadar prosedur medis, melainkan perjalanan emosional yang penuh makna. Setiap denyutan rasa sakit dari laser penghapus tato menjadi simbol dari perjuangan mereka untuk meninggalkan masa lalu dan membangun masa depan yang lebih baik. Kisah mereka menjadi refleksi bagi kita semua tentang pentingnya pertimbangan matang sebelum mengambil keputusan, terutama yang berdampak permanen pada diri sendiri. Mereka juga berharap dapat menjadi contoh bagi generasi muda untuk berpikir ulang sebelum membuat keputusan yang dapat membawa penyesalan di kemudian hari. Semoga kisah mereka menginspirasi dan mengingatkan kita semua akan pentingnya mengambil tanggung jawab atas pilihan hidup kita.