Wabah Campak Global: Ancaman Meningkat dan Strategi Pencegahan yang Efektif

Wabah Campak Global: Ancaman Meningkat dan Strategi Pencegahan yang Efektif

Lonjakan kasus campak yang signifikan di berbagai belahan dunia, termasuk Asia Tenggara dan Amerika Serikat, telah menyoroti kembali ancaman serius penyakit menular ini. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan angka kasus yang mengkhawatirkan. Pada dua bulan pertama tahun 2025, tercatat 3.098 kasus campak di seluruh dunia. Angka ini mencerminkan tren peningkatan yang dramatis, khususnya di beberapa negara Asia Tenggara. Vietnam, misalnya, mengalami lonjakan kasus hingga lebih dari 130 kali lipat pada tahun 2024, dengan total 6.725 kasus terkonfirmasi. Thailand juga mencatat peningkatan yang serupa, dari 38 kasus pada tahun 2023 menjadi 7.507 kasus pada tahun 2024. Peningkatan ini tidak hanya terbatas di Asia Tenggara; Australia juga melaporkan peningkatan kasus campak yang dikaitkan dengan perjalanan warga negaranya ke luar negeri, khususnya Vietnam.

Penyebaran campak yang meluas ini tidak hanya terbatas pada wilayah tertentu. Amerika Serikat juga menghadapi wabah campak di beberapa negara bagian, seperti Texas dan New Mexico, dengan kasus yang telah mengakibatkan kematian pada anak yang belum divaksinasi. Negara-negara lain yang juga melaporkan peningkatan kasus campak meliputi Pakistan, Yaman, Afghanistan, Kirgistan, Ethiopia, dan Rusia. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menekankan bahwa tingginya tingkat penularan campak, serta cakupan vaksinasi yang kurang dari 95%, menjadi faktor utama penyebab wabah ini. Hal ini memperkuat urgensi tindakan pencegahan yang efektif dan terkoordinasi secara global.

Memahami Campak dan Penularannya

Campak adalah infeksi virus yang sangat menular, ditularkan melalui udara melalui tetesan kecil yang dikeluarkan saat penderita batuk, bersin, atau bernapas. Kontak dengan permukaan yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan penularan. Virus campak sangat kecil sehingga sulit dideteksi dengan mikroskop biasa. Kemampuannya untuk bertahan di udara dan ditularkan sebelum gejala muncul menjadikan campak sebagai salah satu penyakit paling menular yang diketahui. Satu penderita campak dapat menularkan virus ke sembilan dari sepuluh kontak dekat yang belum divaksinasi. Masa penularan berlangsung dari saat gejala muncul hingga setidaknya empat hari setelah ruam muncul.

Gejala dan Komplikasi Campak

Gejala umum campak meliputi:

  • Demam tinggi (39 derajat Celcius atau lebih).
  • Hidung tersumbat atau berair.
  • Bersin dan batuk.
  • Mata merah, nyeri, dan berair.
  • Ruam kulit merah yang muncul tiga hingga empat hari setelah gejala awal, dimulai dari belakang telinga dan wajah, lalu menyebar ke seluruh tubuh.
  • Bintik putih kecil di dalam pipi.
  • Konjungtivitis (mata merah).

Meskipun biasanya sembuh dalam tujuh hingga sepuluh hari, campak dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia, meningitis, kebutaan, dan kejang. Bayi, anak-anak di bawah lima tahun, ibu hamil, dan individu dengan sistem kekebalan lemah berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi. Studi menunjukkan persentase yang signifikan dari penderita campak yang tidak divaksinasi membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Pencegahan dan Pengobatan Campak

Saat ini, tidak ada obat antivirus khusus untuk campak. Pengobatan umumnya berfokus pada pengelolaan gejala dengan obat-obatan seperti parasetamol untuk meredakan demam dan nyeri. Istirahat yang cukup dan banyak minum cairan sangat penting untuk mencegah dehidrasi. Kasus yang parah mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit.

Vaksinasi merupakan cara paling efektif untuk mencegah campak. Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella) memberikan perlindungan terhadap campak, gondongan, dan rubella. WHO merekomendasikan dua dosis vaksin MMR untuk kekebalan seumur hidup. Vaksinasi campak telah terbukti mencegah jutaan kematian. Namun, cakupan vaksinasi yang rendah di beberapa komunitas tetap menjadi kendala utama dalam mencapai kekebalan kelompok (95% populasi divaksinasi), yang penting untuk melindungi seluruh populasi dari wabah.

Tantangan dalam Mencapai Kekebalan Kelompok

Keraguan terhadap vaksin, yang seringkali dipicu oleh informasi yang salah atau hoaks, serta hambatan akses terhadap layanan kesehatan, menjadi faktor utama yang menghambat pencapaian kekebalan kelompok. Pandemi COVID-19 juga telah mengganggu program vaksinasi anak-anak di beberapa negara, mengakibatkan penurunan cakupan vaksinasi dan peningkatan kasus campak. Oleh karena itu, edukasi publik yang akurat dan upaya untuk meningkatkan akses terhadap vaksin sangat penting untuk mengatasi masalah ini dan melindungi generasi mendatang dari ancaman serius campak.