Semburan Lumpur Lapindo: Aktivitas Berkurang, Namun Ancaman Belum Hilang

Semburan Lumpur Lapindo: Aktivitas Berkurang, Namun Ancaman Belum Hilang

Lebih dari satu dekade pasca tragedi semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo pada Mei 2006, isu mengenai aktivitasnya yang masih berlangsung kembali menjadi sorotan. Meskipun intensitas semburan telah menurun signifikan, kenyataannya hingga saat ini, asap putih dan aroma gas masih terpancar dari pusat semburan, menunjukkan aktivitas vulkanik yang belum sepenuhnya berhenti. Bekas semburan yang telah mengering di sekitar tanggul, hasil pengerukan oleh PT Lapindo Brantas, menjadi bukti nyata dari skala bencana alam yang dahsyat ini. Luapan lumpur yang pada awalnya terpusat di Sumur Banjarpanji 1, telah menenggelamkan 19 desa di tiga kecamatan: Porong, Tanggulangin, dan Jabon, meninggalkan jejak kerusakan yang mendalam bagi lingkungan dan kehidupan masyarakat setempat.

Legiman, seorang warga yang kini bekerja sebagai pemandu wisata di lokasi semburan, menjelaskan bahwa penurunan tekanan semburan akhir-akhir ini dikaitkan dengan upaya PT Lapindo Brantas dalam membuka sumur-sumur baru. Proses ini bertujuan untuk mengeksploitasi kandungan gas di dalam lumpur, yang kemudian diolah menjadi LPG. Namun, pandangan ini mendapatkan tanggapan berbeda dari pakar geologi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Amien Widodo. Amien, yang telah melakukan penelitian ekstensif terhadap kandungan lumpur Lapindo, mengatakan bahwa sumber gas di bawah permukaan jauh lebih besar daripada yang terlihat, mencapai kedalaman 2 hingga 3 kilometer. Meskipun intensitas semburan telah menurun, Amien menekankan bahwa hal ini tidak serta merta menunjukkan bahwa sumber gas telah habis. Ia memperkirakan aktivitas semburan masih akan berlangsung selama beberapa puluh tahun mendatang, mengingat luasnya area yang terdampak, yang mencakup wilayah Kecamatan Sedati dan bahkan sebagian Surabaya.

Amien menjelaskan, "Beberapa tahun terakhir mulai menurun. Itu asumsinya, berarti sumber gas yang di bawah itu sudah mulai habis, sudah tidak produksi lagi." Namun, ia tetap berhati-hati dalam memprediksi waktu berhenti total semburan tersebut, mengingat penyebarannya yang meluas dan kompleksitas geologi di bawah permukaan. Ia menambahkan, "Sampai sekarang belum berhenti, masih keluar sedikit-sedikit jadi sulit diprediksi. Nanti akan berhenti sendiri, banyak yang berhenti sendiri juga." Meskipun demikian, Amien memastikan bahwa sistem tanggul yang telah dibangun mampu mengendalikan aliran lumpur, mengarahkannya ke Sungai Porong sehingga meminimalisir dampak yang lebih besar. Penelitian lebih lanjut mengenai kandungan mineral tanah jarang dan litium dalam lumpur Lapindo, yang berpotensi untuk aplikasi di industri baterai, juga tengah dilakukan. Namun, eksplorasi yang lebih intensif hanya dapat dilakukan setelah semburan benar-benar berhenti.

Kesimpulannya, meskipun intensitas semburan lumpur Lapindo telah berkurang, ancaman belum sepenuhnya hilang. Aktivitas vulkanik yang masih berlangsung, beserta potensi kandungan mineral yang berharga, membuat fenomena ini tetap menjadi fokus perhatian para ahli dan masyarakat luas. Pemantauan berkelanjutan dan penelitian lebih lanjut sangat krusial untuk memastikan keselamatan dan keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi semburan. Peristiwa ini juga menjadi pelajaran berharga dalam pengelolaan sumber daya alam dan mitigasi bencana geologi.