Tingginya Angka Kelahiran di Sikka: Peran Suami dan Ketersediaan Alat Kontrasepsi Menjadi Sorotan

Tingginya Angka Kelahiran di Sikka: Peran Suami dan Ketersediaan Alat Kontrasepsi Menjadi Sorotan

Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, tengah menghadapi tantangan serius terkait angka kelahiran yang tinggi. Data dari Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Sikka menunjukkan angka kelahiran yang konsisten tinggi, mencapai 4.000 hingga 5.000 bayi setiap tahunnya. Kondisi ini menimbulkan keprihatinan, mengingat potensi dampak negatif terhadap kesejahteraan keluarga dan perkembangan anak, termasuk peningkatan risiko stunting.

Kepala DP2KBP3A Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus, mengungkapkan faktor utama di balik tingginya angka kelahiran tersebut. Bukan semata-mata kurangnya akses terhadap alat kontrasepsi, tetapi lebih kepada rendahnya kesadaran dan penggunaan alat kontrasepsi, khususnya di kalangan suami. Ironisnya, gudang DP2KBP3A dipenuhi oleh kondom yang telah kedaluwarsa. Kondisi ini menunjukkan adanya kesenjangan antara ketersediaan alat kontrasepsi dengan penggunaannya di lapangan. Lebih lanjut, Herlemus mencatat bahwa sejumlah faktor turut berperan, salah satunya adalah kebiasaan sebagian suami yang berhubungan intim dalam keadaan terpengaruh alkohol, sehingga penggunaan kondom seringkali terabaikan. Hal ini tentunya menjadi indikator penting yang perlu mendapatkan perhatian serius dalam upaya menurunkan angka kelahiran.

Pemerintah Kabupaten Sikka melalui DP2KBP3A telah secara rutin melakukan sosialisasi dan edukasi terkait pentingnya penggunaan alat kontrasepsi dan pengaturan jarak kelahiran. Sosialisasi tersebut menekankan pentingnya perencanaan keluarga yang matang untuk menjamin kesehatan ibu dan anak serta mencegah terjadinya stunting. Namun, upaya tersebut tampaknya belum cukup efektif dalam menekan angka kelahiran. Tantangan ke depan bagi pemerintah daerah terletak pada bagaimana mengubah perilaku dan meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya para suami, akan pentingnya peran mereka dalam merencanakan kehamilan.

Strategi yang lebih komprehensif dan terintegrasi diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Hal ini mencakup tidak hanya penyediaan alat kontrasepsi yang memadai dan terjamin kualitasnya, tetapi juga kampanye edukasi yang lebih efektif dan inovatif, serta melibatkan pemuka agama dan tokoh masyarakat untuk mendukung program keluarga berencana. Peran media juga penting dalam menyebarkan informasi dan edukasi kepada masyarakat luas. Upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait menjadi kunci keberhasilan dalam menurunkan angka kelahiran di Kabupaten Sikka dan memastikan tumbuh kembang anak yang optimal.

Beberapa poin penting yang perlu digarisbawahi adalah:

  • Angka kelahiran di Sikka yang sangat tinggi (4.000-5.000 bayi per tahun) merupakan masalah serius yang perlu ditangani secara komprehensif.
  • Rendahnya kesadaran dan penggunaan alat kontrasepsi oleh para suami menjadi faktor utama penyebab tingginya angka kelahiran.
  • Ketersediaan kondom yang melimpah namun banyak yang kadaluarsa menunjukkan adanya masalah distribusi dan edukasi yang perlu diperbaiki.
  • Kebiasaan berhubungan intim dalam keadaan terpengaruh alkohol berkontribusi terhadap rendahnya penggunaan kondom.
  • Upaya sosialisasi dan edukasi yang telah dilakukan perlu ditingkatkan efektifitasnya dengan strategi yang lebih komprehensif dan terintegrasi.
  • Kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan tokoh masyarakat, sangat krusial dalam mengatasi masalah ini.

Situasi ini membutuhkan perhatian dan tindakan serius dari semua pihak untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan efektif dalam menurunkan angka kelahiran di Kabupaten Sikka serta meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.