BPOM Ingatkan Bahaya Takjil Berbahan Berbahaya: Waspadai Tiga Ciri Utama Ini

BPOM Ingatkan Bahaya Takjil Berbahan Berbahaya: Waspadai Tiga Ciri Utama Ini

Bulan Ramadan menjadi momen meningkatnya konsumsi takjil, aneka kudapan untuk berbuka puasa. Namun, di balik kelezatannya, masyarakat perlu mewaspadai potensi bahaya yang mengintai dari takjil yang mengandung bahan berbahaya. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kembali mengingatkan masyarakat untuk lebih teliti dalam memilih takjil guna mencegah risiko kesehatan. Berbagai jenis takjil, dari gorengan hingga minuman manis, beredar di pasaran, membutuhkan kehati-hatian ekstra dari konsumen. Praktik penggunaan bahan tambahan pangan yang berbahaya, seperti boraks, formalin, rhodamin B, dan methanyl yellow, masih menjadi perhatian serius BPOM.

Kepala BPOM, Taruna Ikrar, dalam sidak di Pasar Takjil Bendungan Hilir, mengungkapkan temuan adanya takjil yang mengandung bahan-bahan berbahaya tersebut. Hal ini menjadi peringatan keras bagi masyarakat agar tidak tergoda oleh tampilan yang menarik, melainkan memperhatikan ciri-ciri takjil yang berpotensi mengandung bahan berbahaya. Berikut ini adalah tiga ciri utama yang perlu diwaspadai saat memilih takjil:

  1. Tekstur Kenyal dan Tidak Lengket: Waspadalah terhadap takjil yang memiliki tekstur kenyal dan tidak lengket, seperti bakso, cilok, lontong, dan kerupuk rambak. Tekstur ini seringkali mengindikasikan penggunaan boraks sebagai bahan pengawet. Boraks, meskipun dapat membuat makanan terasa kenyal, berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi. Makanan yang aman umumnya memiliki tekstur yang lebih alami, tidak terlalu kenyal, dan mudah hancur.

  2. Warna Mencolok dan Tidak Merata: Takjil dengan warna yang sangat mencolok dan menyala harus diwaspadai. Warna-warna tersebut bisa menjadi indikasi penggunaan pewarna tekstil ilegal, seperti rhodamin B (warna merah) dan methanyl yellow (warna kuning). Pewarna tekstil ini berbahaya dan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Perhatikan juga apakah warna pada makanan tersebut merata atau terdapat titik-titik warna yang tidak merata. Makanan yang aman umumnya memiliki warna yang lebih alami dan tidak terlalu mencolok.

  3. Tidak Dihinggapi Lalat: Keengganan lalat untuk hinggap pada makanan tertentu terkadang dikaitkan dengan penggunaan formalin. Meskipun kepercayaan ini perlu dikaji lebih lanjut, fakta bahwa makanan yang tidak dihinggapi lalat tidak serta merta menjamin keamanannya. Formalin sering digunakan pada mi basah, tahu, ikan, dan daging ayam untuk mengawetkan. Namun, formalin sangat berbahaya bagi kesehatan. Ciri-ciri makanan yang mengandung formalin antara lain tekstur yang tidak lengket, tidak mudah hancur, dan terlihat mengkilap. Selain itu, konsumen juga harus memperhatikan tanggal kedaluwarsa dan memperhatikan kebersihan tempat penjualan takjil.

BPOM menekankan pentingnya kewaspadaan dan ketelitian konsumen dalam memilih takjil. Prioritaskan takjil yang dibuat dengan bahan-bahan alami dan proses pengolahan yang higienis. Laporkan kepada pihak berwenang jika menemukan takjil yang dicurigai mengandung bahan berbahaya. Kesehatan dan keselamatan tetaplah prioritas utama selama bulan Ramadan.