Bahlil Lahadalia: Perang Total Melawan Mafia Migas, Butuh Dukungan Ulama dan Masyarakat

Perang Melawan Mafia Migas: Komitmen Bahlil Lahadalia dan Upaya Penataan Distribusi BBM dan LPG

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, dengan tegas menyatakan komitmennya untuk memberantas praktik mafia migas yang merugikan negara dan rakyat Indonesia. Pernyataan tersebut disampaikannya usai kunjungan ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, pada Jumat, 14 Maret 2025, di mana beliau meminta dukungan penuh dari para ulama dan santri dalam upaya mewujudkan distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquified Petroleum Gas (LPG) yang lebih transparan dan berkeadilan. Bahlil menekankan bahwa pemberantasan mafia migas membutuhkan keberanian dan kerja sama lintas sektoral, mengingat kompleksitas jaringan dan pengaruh oknum-oknum yang terlibat.

Praktik-praktik curang, terutama dalam distribusi BBM jenis Pertamax, menjadi sorotan utama. Menurut Menteri Bahlil, mafia migas kerap memanipulasi kualitas dan kuantitas BBM, merugikan konsumen dan negara. Ia menegaskan perlunya strategi yang terintegrasi untuk membongkar dan menindak tegas para pelaku, termasuk oknum-oknum yang terlibat dalam penyalahgunaan subsidi dan penggelapan. “Perlawanan terhadap mereka butuh nyali yang besar,” tegas Bahlil, mengingat kekuatan dan pengaruh yang dimiliki oleh jaringan mafia migas tersebut. Upaya ini, menurutnya, merupakan bagian penting dari tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.

Subsidi Tepat Sasaran: Prioritas Pemerintah

Selain pemberantasan mafia migas, Bahlil juga menyoroti pentingnya penyaluran subsidi BBM dan LPG yang tepat sasaran. Pemerintah, menurutnya, berkomitmen untuk memastikan setiap rupiah subsidi yang dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, yang mencapai Rp 420 triliun untuk subsidi energi dari total APBN Rp 3.621,3 triliun, benar-benar diterima oleh masyarakat yang berhak. Rincian anggaran subsidi energi tersebut meliputi:

  • Rp 87 triliun untuk subsidi LPG per tahun;
  • Rp 150 triliun untuk subsidi BBM (solar dan bensin);
  • Rp 187 triliun untuk subsidi listrik.

Bahlil menegaskan bahwa pengawasan ketat terhadap penyaluran subsidi menjadi prioritas utama Kementerian ESDM. Presiden Prabowo, menurut Bahlil, telah memberikan instruksi tegas untuk memastikan dana subsidi tersebut sampai ke tangan rakyat yang membutuhkan. Ketegasan pemerintah dalam hal ini diharapkan mampu meminimalisir potensi penyimpangan dan penyalahgunaan anggaran negara.

Perbaikan Distribusi LPG 3 Kg: Tantangan dan Perlawanan

Distribusi LPG 3 kg bersubsidi juga menjadi perhatian serius. Meskipun harga LPG subsidi telah stabil sejak 2007, masih banyak penyimpangan yang menyebabkan harga jual di tingkat masyarakat melambung tinggi, mencapai Rp 23.000 hingga Rp 30.000 per tabung, sementara subsidi pemerintah mencapai Rp 36.000 per tabung. Kondisi ini menunjukkan adanya praktik monopoli dan manipulasi harga oleh pihak-pihak tertentu yang telah lama menikmati keuntungan dari sistem distribusi yang tidak efisien dan transparan. Bahlil mengakui adanya perlawanan dari pihak-pihak yang diuntungkan dari sistem yang tidak tepat sasaran, namun ia menegaskan komitmennya untuk terus melakukan perbaikan meskipun menghadapi berbagai tantangan. “Saya tidak akan pernah lelah memperbaiki ini,” tegasnya.

Kesimpulannya, upaya pemerintah dalam memberantas mafia migas dan memastikan penyaluran subsidi tepat sasaran merupakan langkah penting untuk mewujudkan keadilan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk ulama dan tokoh agama, sangat dibutuhkan untuk memastikan keberhasilan program ini.