Delapan Tahun Pasca Kecelakaan Maut, Said Bangkit dari keterbatasan Fisik dan Mental
Delapan Tahun Pasca Kecelakaan Maut, Said Bangkit dari keterbatasan Fisik dan Mental
Pada 30 Mei 2017, sebuah kecelakaan maut mengubah hidup Muhammad Said selamanya. Perjalanan pulang kampung dari Malang menuju Bangkalan bersama ibunya, Tija, yang seharusnya dipenuhi sukacita menjelang Lebaran, justru berujung tragedi. Sebuah mobil Avanza menghantam sepeda motor yang mereka tumpangi di Jembatan Suramadu. Ibu Said mengalami cedera otak serius, sementara Said sendiri menderita patah tulang kaki kanan yang parah, hingga membutuhkan enam batang besi untuk menyangga tulang yang remuk. Kecelakaan tersebut juga mengakibatkan ayah Said, Moh. Jari, mengalami gangguan pendengaran akibat guncangan mental yang hebat.
Kisah Said bukanlah sekadar catatan kecelakaan lalu lintas. Ia adalah potret kegigihan seorang pemuda yang berjuang melawan keterbatasan fisik dan mental. Delapan tahun pasca kecelakaan, Said masih harus berjuang dengan kondisi kakinya yang difabel. Ia tidak dapat berjalan normal dan bahkan tidak mengenakan celana karena enam batang besi yang tertanam di betis kanannya. Tidur pun menjadi tantangan tersendiri. Namun, di balik keterbatasannya, Said menunjukkan semangat hidup yang luar biasa. Ia mampu beradaptasi dan menemukan cara untuk tetap produktif.
- Dukungan Keluarga dan Masyarakat: Meski mengalami trauma mendalam, Said tetap tegar. Dukungan keluarga, terutama ayahnya yang sangat menyayanginya, menjadi kekuatan besar baginya. Meskipun ayah Said mengalami gangguan pendengaran, dukungan moral dan emosional dari sang ayah tetap ia rasakan. Selain keluarga, pihak penabrak menunjukkan sikap bertanggung jawab dengan menanggung biaya pengobatan dan memberikan bantuan berupa kruk dan kursi roda.
- Keuletan dan Kreativitas: Kehilangan sebagian besar fungsi kakinya tak menyurutkan semangat Said untuk mencari nafkah. Ia mampu beradaptasi dengan keterbatasannya dengan menekuni usaha kerajinan sangkar burung. Dengan tekun, ia mampu menghasilkan 20 hingga 40 sangkar burung per bulan, yang memberikan penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemampuannya ini membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang bagi seseorang yang memiliki kemauan keras dan kreativitas.
- Kesehatan Mental dan Spiritual: Kisah Said juga menyoroti pentingnya kesehatan mental dan spiritual dalam proses pemulihan trauma. Peristiwa kecelakaan yang menyakitkan tak hanya mematahkan tulang kakinya, namun juga mengguncang jiwa. Namun, Said berhasil melewati masa-masa sulit itu dengan tetap menjaga keimanan dan ketabahan. Ia mampu menegosiasikan takdirnya, menerima kenyataan pahit yang menimpanya, dan bangkit untuk menjalani hidup lebih baik. Hal ini menunjukkan bagaimana dukungan spiritual bisa membantu seseorang untuk mengatasi trauma dan bangkit dari keterpurukan.
- Dukungan Pemerintah: Selain dukungan keluarga dan masyarakat, Said juga mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui Program Keluarga Harapan (PKH) dan bantuan pangan non tunai (BPNT). Dukungan pemerintah ini menunjukkan komitmen negara untuk membantu warga yang mengalami kesulitan dan membutuhkan uluran tangan.
Kisah Said adalah sebuah inspirasi. Ia adalah bukti bahwa semangat juang dan ketabahan mampu mengatasi segala keterbatasan. Dari keterpurukan akibat kecelakaan, ia bangkit dan menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan. Kisahnya mengajarkan kita untuk selalu mensyukuri nikmat Tuhan dan tetap tegar menghadapi cobaan hidup.