Perbedaan Respons Imun Pria dan Wanita terhadap Flu: Mengapa Pria Terlihat Lebih Rentan?
Perbedaan Respons Imun Pria dan Wanita terhadap Flu: Mengapa Pria Terlihat Lebih Rentan?
Fenomena 'man flu', istilah yang menggambarkan kecenderungan pria untuk secara berlebihan menyatakan keparahan gejala flu, telah menarik perhatian publik dan menjadi subyek penelitian ilmiah. Meskipun seringkali dianggap sebagai lelucon, kenyataannya ada dasar ilmiah yang menjelaskan mengapa pria mungkin mengalami flu dengan lebih berat dan membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama dibandingkan wanita. Studi-studi terbaru mengungkap perbedaan signifikan dalam respons imun antara pria dan wanita terhadap infeksi virus, termasuk virus influenza.
Salah satu faktor kunci adalah peran hormon seks. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Robert H. Shmerling, pakar dari Harvard Medical School, menunjukkan bahwa testosteron, hormon seks pria, dapat mempengaruhi respons imun terhadap infeksi virus. Eksperimen tabung reaksi terhadap sel hidung yang terinfeksi influenza menunjukkan bahwa paparan hormon estradiol (hormon seks wanita) mengurangi respons imun, sementara pada pria, testosteron menunjukkan efek sebaliknya. Hal ini menjelaskan mengapa wanita cenderung memiliki gejala yang lebih ringan. Lebih lanjut, penggunaan obat antiestrogen mengurangi efek penurunan respons imun pada wanita, menunjukkan peran penting hormon dalam membentuk respon tubuh terhadap infeksi.
Selain perbedaan hormon, sistem kekebalan tubuh wanita secara keseluruhan juga dianggap lebih kuat daripada pria. Penelitian oleh Francisco Ubeda dan Vincent A. A. Jansen berjudul "The evolution of sex-specific virulence in infectious diseases" (2016) menunjukkan bahwa wanita memiliki kekebalan yang lebih kuat, kemungkinan besar dipengaruhi oleh paparan patogen dari anak-anak mereka sepanjang kehidupan reproduktif mereka. Kekebalan ini terbentuk melalui interaksi yang konstan dengan mikroorganisme, membangun sistem imun yang lebih tangguh. Ahli gizi dan penulis buku How to Stay Healthy, Jenna Hope, menambahkan bahwa kadar progesteron dan estrogen yang lebih tinggi pada wanita turut berkontribusi pada sistem kekebalan yang lebih kuat. Meskipun kekebalan wanita lebih kuat, hal ini tidak berlaku untuk semua jenis penyakit.
Lebih lanjut, data dari beberapa rumah sakit selama enam tahun menunjukkan bahwa pria lebih sering dirawat karena flu dan mengalami angka kematian yang lebih tinggi akibat penyakit ini dibandingkan wanita. Studi lain juga menunjukkan bahwa waktu pemulihan pria dari flu lebih lama, sekitar tiga hari, dibandingkan dengan wanita yang membutuhkan waktu sekitar 1,5 hari. Perbedaan ini bukan sekadar persepsi, tetapi didukung oleh data klinis dan penelitian ilmiah.
Kesimpulannya, 'man flu' bukan sekadar lelucon. Perbedaan fisiologis, terutama peran hormon seks dan kekuatan sistem kekebalan yang berbeda antara pria dan wanita, memberikan penjelasan ilmiah mengapa pria mungkin mengalami gejala flu yang lebih berat dan waktu pemulihan yang lebih lama. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk sepenuhnya memahami kompleksitas interaksi antara seks, hormon, dan respons imun terhadap berbagai infeksi virus.
Catatan: Informasi ini disajikan untuk tujuan edukasi dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti saran medis profesional. Jika Anda mengalami gejala flu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter Anda untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.