Antisipasi Gangguan Nyepi: MDA Tekankan Pendekatan Humanis dan Toleransi

Antisipasi Gangguan Nyepi: MDA Tekankan Pendekatan Humanis dan Toleransi

Perayaan Nyepi di Bali, momen sakral bagi umat Hindu dalam menjalankan Catur Brata Penyepian, tak luput dari potensi gangguan. Ketua Majelis Desa Adat (MDA) Bali, Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, mengakui realita ini berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Dalam wawancara seusai acara Gelar Agung Pacalang Bali 2025, Sabtu (15/3/2025), beliau menegaskan bahwa keberadaan gangguan kecil merupakan hal yang lumrah dalam setiap perayaan besar, termasuk Nyepi. Namun, beliau menekankan pentingnya penanganan yang mengedepankan pendekatan persuasif dan humanis, terutama bagi pelanggaran yang tidak disengaja.

"Sepanjang tidak ada niat merusak kesucian Hari Raya Nyepi," tegas Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, "mari kita bina dengan baik dan mengedepankan semangat kekeluargaan dan toleransi." Beliau mencontohkan kasus-kasus yang pernah terjadi di masa lalu, seperti di Sumberklampok, sebagai pelajaran berharga untuk menjaga kebersamaan dan menghindari terulangnya peristiwa serupa. Lebih lanjut, beliau menjelaskan mekanisme penyelesaian masalah yang akan diterapkan. Pelanggaran yang disebabkan kesalahpahaman akan diselesaikan melalui pembinaan, sementara pelanggaran yang berkaitan dengan ketertiban umum atau unsur pidana akan ditangani aparat keamanan sesuai prosedur hukum yang berlaku.

Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet memberikan penekanan penting pada perbedaan antara pelanggaran yang bersifat kesalahpahaman dan tindakan kriminal. "Yang penting," ujarnya, "pelanggar bukan tergolong penjahat atau teroris. Jika itu terjadi, tentu negara harus bertindak tegas. Tapi kalau hanya kesalahpahaman, kita selesaikan secara baik-baik dan saling memaafkan." Hal ini juga diiringi dengan penegasan agar tidak ada sanksi khusus bagi pelanggar Nyepi yang tidak melakukan tindakan kriminal. Beliau menekankan pentingnya peran Pecalang dalam menjaga keamanan dan ketertiban, namun dengan cara yang humanis dan santun, menghindari tindakan represif.

Peran Pecalang dalam menjaga keamanan dan ketertiban selama perayaan Nyepi juga menjadi sorotan. Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet menekankan pentingnya peran Pecalang sebagai garda terdepan dalam menjaga keamanan dan ketertiban, namun dengan mengedepankan pendekatan humanis dan menghindari tindakan represif. "Pecalang harus menyelesaikan masalah dengan cara yang humanis, tidak boleh arogan atau sombong," kata Sukahet. Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta suasana saling menghormati dan menjaga ketertiban bersama. Pengamanan di lokasi-lokasi vital tetap menjadi prioritas, dengan penempatan posko pengamanan di tempat-tempat penting seperti bandara. Pecalang akan bersiaga untuk memastikan kelancaran dan kondusivitas perayaan Nyepi.

Lebih lanjut, beliau menegaskan bahwa upaya menjaga kondusivitas perayaan Nyepi melibatkan berbagai pihak dan strategi yang terintegrasi. Hal ini mencakup pentingnya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang makna dan tata tertib perayaan Nyepi, serta koordinasi yang efektif antara MDA, aparat keamanan, dan berbagai stakeholder terkait. Dengan demikian, diharapkan perayaan Nyepi dapat berjalan khidmat, aman, dan damai, sesuai dengan nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya. Koordinasi dan kolaborasi ini merupakan kunci keberhasilan dalam menciptakan suasana yang kondusif selama perayaan Nyepi berlangsung.

Berikut poin-poin penting terkait penanganan gangguan selama Nyepi:

  • Pendekatan humanis dan persuasif dalam menangani pelanggaran.
  • Penyelesaian masalah melalui pembinaan untuk kasus kesalahpahaman.
  • Penanganan hukum bagi pelanggaran yang menyangkut ketertiban umum atau unsur pidana.
  • Peran Pecalang yang humanis dan santun dalam menjaga keamanan dan ketertiban.
  • Pengamanan di lokasi-lokasi vital dengan penempatan posko pengamanan.
  • Pentingnya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat.
  • Koordinasi yang efektif antara MDA, aparat keamanan, dan stakeholder terkait.