Pengalaman Dokter Non-Muslim Mengarungi Puasa selama Seminggu: Sebuah Perjalanan Disiplin Diri dan Pemahaman Spiritual
Pengalaman Dokter Non-Muslim Mengarungi Puasa selama Seminggu: Sebuah Perjalanan Disiplin Diri dan Pemahaman Spiritual
Ramadan, bulan suci bagi umat Muslim, seringkali menjadi momen yang dirayakan lintas agama di negara-negara mayoritas Muslim. Suasana keakraban dan toleransi antarumat beragama terpancar jelas, terlihat dari antusiasme masyarakat dalam berbagai aktivitas, termasuk tradisi berburu takjil. Namun, di luar partisipasi dalam tradisi tersebut, ada sebuah tindakan yang lebih mendalam yang dilakukan oleh sejumlah non-Muslim, yaitu mencoba menjalankan ibadah puasa.
Salah satu contohnya adalah Dr. Kevin Kong, seorang dokter non-Muslim di Malaysia, yang mendokumentasikan pengalaman berpuasa selama tujuh hari di akun TikTok pribadinya. Keputusannya untuk melakukan hal ini berakar dari rasa ingin tahu dan penghormatan yang mendalam terhadap umat Muslim serta tradisi puasa Ramadan. Ia ingin memahami secara langsung, bukan hanya dari perspektif pengamat, aspek fisik, mental, dan spiritual dari praktik ibadah ini.
Seperti yang diungkapkan Dr. Kevin kepada Weird Kaya pada 14 Maret 2025, hari-hari awal merupakan tantangan terbesar. Bangun pagi untuk sahur pukul 6 pagi, kemudian beraktivitas seharian tanpa makan dan minum, membuatnya merasakan rasa lapar dan haus yang terus-menerus. Hal ini mengakibatkan kelelahan fisik yang signifikan. Namun, seiring berjalannya waktu, tubuhnya mulai beradaptasi. Kelelahan yang dialaminya menjadi lebih terkendali.
"Saya merasa tidak terlalu lelah saat bangun pagi, dan saya bisa merasakan perubahan pada tubuh saya. Hari ini adalah hari istirahat saya, jadi saya punya waktu untuk bersantai dan merenungkan perjalanan puasa saya," tutur Dr. Kevin dalam video TikTok-nya. Perubahan signifikan terjadi pada hari ketujuh. Puasa yang awalnya terasa seperti perjuangan untuk bertahan hidup, berubah menjadi suatu rutinitas, sebuah disiplin diri yang baru. Motivasi awal yang didasari rasa ingin tahu dan rasa hormat, berkembang menjadi kesadaran diri dan pemahaman yang lebih dalam.
Dr. Kevin menekankan bahwa puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus secara fisik, melainkan juga sebuah tantangan mental yang luar biasa. Ia menggambarkan bagaimana puasa telah mengubah tingkat energinya, memberikan kejernihan pikiran, dan mengajarkan nilai penting disiplin diri di atas motivasi sesaat. "Ada saat-saat ketika saya berpikir, 'Apa yang saya lakukan?' Namun kemudian saya teringat kembali mengapa saya memulainya. Itu bukan tentang membuktikan sesuatu. Puasa tentang disiplin, bertumbuh, dan memahami," ujarnya, menjelaskan pergulatan batinnya selama menjalankan puasa.
Pengalaman Dr. Kevin memberikan perspektif baru mengenai ibadah puasa. Ia mengajak non-Muslim yang tertarik untuk mencoba, dengan saran untuk memulai dari satu hari saja. "Ini bukan sekadar tantangan makan, ini adalah perubahan pola pikir. Anda belajar banyak tentang kesabaran, toleransi, disiplin, dan sejujurnya, belajar diri sendiri," pungkasnya. Melalui pengalamannya, Dr. Kevin menunjukkan bahwa puasa bukan hanya ibadah keagamaan, tetapi juga sebuah perjalanan transformatif yang menguji kekuatan mental dan fisik, serta meningkatkan pemahaman diri sendiri.
Berikut poin-poin penting dari pengalaman Dr. Kevin:
- Tantangan fisik di awal puasa (rasa lapar, haus, kelelahan).
- Adaptasi tubuh dan peningkatan energi seiring berjalannya waktu.
- Perubahan pola pikir dari perjuangan bertahan hidup menjadi disiplin diri.
- Manfaat mental: pikiran yang lebih jernih dan peningkatan kesadaran diri.
- Ajakan kepada non-Muslim untuk mencoba puasa sebagai sebuah perjalanan transformatif.
- Pemahaman yang lebih dalam tentang kesabaran, toleransi, dan disiplin diri.