Kekeringan Melanda Siprus: Ancaman Krisis Air dan Dampaknya terhadap Sektor Pertanian

Kekeringan Melanda Siprus: Ancaman Krisis Air dan Dampaknya terhadap Sektor Pertanian

Siprus, negara pulau di Mediterania, tengah menghadapi krisis air yang serius akibat dua musim kemarau berturut-turut. Kondisi ini telah menimbulkan ancaman besar terhadap sektor pertanian, tulang punggung ekonomi negara tersebut. Afxentis Kalogirou, seorang petani apel dan tanaman musiman di wilayah barat daya Siprus, menjadi salah satu contoh nyata dampak kekeringan yang meluas. Tanahnya yang biasanya cukup lembap untuk bercocok tanam di musim panas, kini kering dan keras, membuatnya kesulitan mengairi lahan pertaniannya.

Situasi ini diperparah oleh pengurangan alokasi air irigasi hingga separuhnya oleh Departemen Pengairan Siprus. Para petani, termasuk Kalogirou, disarankan untuk menghindari penanaman tanaman musiman – sumber utama pendapatan mereka (mencapai 60%) – karena keterbatasan pasokan air. Kalogirou, yang telah mengalami kerugian akibat gagal panen apel tahun sebelumnya, kini menghadapi ancaman kehilangan pendapatan yang lebih besar. Ia menggambarkan situasi yang dihadapi sebagai ancaman serius terhadap perekonomiannya dan petani lainnya di wilayah tersebut.

Kekeringan yang Semakin Parah dan Berkelanjutan

Adriana Bruggeman, asisten profesor di Pusat Penelitian Energi, Lingkungan dan Air di Siprus Institute, menjelaskan bahwa musim dingin 2025 mencatatkan curah hujan terendah dalam hampir tiga dekade. Giorgos Kazantzis, wakil direktur Departemen Pengembangan Air, menambahkan bahwa siklus kekeringan yang sebelumnya berlangsung 20 tahunan, kini terjadi dua tahun sekali, sebuah indikasi kuat dari dampak perubahan iklim. Peningkatan suhu global meningkatkan penguapan, mengurangi air permukaan, dan mengeringkan tanah serta tumbuhan, membuat musim kemarau menjadi lebih kering dari sebelumnya. Eksploitasi sumber daya air secara berlebihan juga memperburuk kondisi ini.

Bendungan Mengering dan Strategi Mengatasi Kekeringan

Jaringan 108 bendungan dan penampungan air Siprus, yang dibangun sejak tahun 1980-an, kini hanya terisi 26%, atau sekitar 75 juta meter kubik air. Micha Werner, profesor dan ahli banjir dan kekeringan di IHE Delft Institute, menekankan pentingnya bulan-bulan musim penghujan untuk mengisi kembali persediaan air di bendungan dan air tanah. Ketiadaan curah hujan yang cukup berdampak serius pada ketersediaan air di musim panas.

Pada tahun 2023, pemerintah Siprus telah mengimbau penduduk, operator hotel, dan wisatawan untuk menghemat air. Imbauan serupa kemungkinan besar akan dikeluarkan kembali tahun ini. Tantangan ini diperparah oleh industri pariwisata yang memuncak di musim panas, meningkatkan kebutuhan air untuk fasilitas wisata. Penemuan kebocoran besar di bendungan Mavrokolympos semakin memperparah krisis air di Siprus.

Solusi Jangka Panjang: Desalinasi dan Irigasi Pintar

Krisis air di Siprus mencerminkan situasi di banyak negara Mediterania lainnya, termasuk Spanyol, Italia, Aljazair, Maroko, Tunisia, Turki, dan Israel. Siprus telah membangun lima pabrik desalinasi sejak awal tahun 2000-an, tetapi pada tahun 2023, air dari pabrik-pabrik tersebut hanya memenuhi 60% kebutuhan air minum. Pemerintah Siprus kini memprioritaskan perluasan kapasitas desalinasi untuk memenuhi seluruh kebutuhan air minum, sehingga air waduk dapat dialokasikan untuk irigasi.

Menteri Pertanian Siprus, Maria Panayiotou, mengumumkan rencana pembangunan dua pabrik desalinasi permanen tambahan, peningkatan kapasitas fasilitas yang ada, dan pengenalan unit desalinasi “bergerak”. Meskipun desalinasi dapat mencemari air bawah tanah, tanah, dan hewan laut, teknologi pengolahan air laut yang lebih maju dapat membantu mengatasi masalah ini. Pemerintah juga berencana memberikan dukungan finansial kepada petani dan mensubsidi infrastruktur pertanian permanen, seperti sistem irigasi pintar.

Namun, bagi Afxentis Kalogirou dan para petani lainnya, harapan terletak pada perluasan kapasitas desalinasi. Tanpa upaya serius untuk mengatasi kelangkaan air, masa depan pertanian Siprus, dan petani seperti Kalogirou, tampaknya berada dalam ancaman serius.