Ngabuburit Produktif: Warga Sumenep Ciptakan Keterampilan Baru Lewat Seni Meronce Melati

Ngabuburit Produktif: Warga Sumenep Ciptakan Keterampilan Baru Lewat Seni Meronce Melati

Menjelang waktu berbuka puasa di bulan Ramadan, masyarakat biasanya mengisi waktu ngabuburit dengan berbagai aktivitas. Namun, bagi Nurul Qomariyah (26) dan beberapa temannya di Desa Andulang, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, ngabuburit bukan sekadar momen menunggu adzan Maghrib. Mereka memilih mengisi waktu tersebut dengan kegiatan yang lebih produktif dan bermanfaat: belajar meronce melati. Aktivitas yang mungkin tampak sederhana ini, ternyata menyimpan nilai-nilai positif yang lebih dalam.

Kokom, sapaan akrab Nurul Qomariyah, menjelaskan bahwa proses meronce melati mengajarkan kesabaran, ketelitian, dan fokus yang luar biasa. Tiap helai benang yang menyatukan kuntum melati membutuhkan kehalusan tangan dan kesabaran yang tinggi. "Kalau lekas bosan," ujar Kokom, "sulit hasilnya akan bagus." Proses belajar yang mereka jalani pun tak lepas dari tantangan. Mulai dari mempelajari teknik meronce melalui tutorial YouTube dan media sosial, hingga mengatasi kendala-kendala teknis yang kerap muncul selama proses pengerjaan. Mereka berlatih dengan tekun, saling mendukung dan memotivasi satu sama lain untuk menghasilkan karya yang terbaik. Kesalahan dan kegagalan menjadi bagian dari proses pembelajaran, yang kemudian dihadapi dengan sikap tenang dan pantang menyerah.

Langkah Kokom dan teman-temannya untuk belajar meronce melati bukan tanpa alasan. Pengalaman sebelumnya membeli rangkaian melati secara online yang hasilnya kurang memuaskan mendorong mereka untuk belajar secara otodidak. Mereka berambisi untuk menciptakan rangkaian melati yang berkualitas tinggi dan memiliki nilai jual. Keterampilan ini diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan tambahan di masa mendatang, mengingat keterampilan meronce melati masih tergolong langka di daerah tersebut. Lebih jauh lagi, keterampilan baru ini direncanakan untuk menambah ragam produk usaha dekorasi kecil-kecilan yang sudah mereka rintis selama dua tahun terakhir dengan modal awal yang terbatas, yaitu satu juta rupiah.

Ketekunan dan kesabaran yang mereka tunjukkan dalam belajar meronce melati mencerminkan semangat pantang menyerah dan keinginan untuk meningkatkan kualitas hidup. Proses yang tidak instan, menurut Kokom, membutuhkan dedikasi dan fokus yang tinggi, persis seperti yang mereka lakukan dalam meronce melati. Mereka berharap, melalui keterampilan yang dipelajari selama ngabuburit ini, dapat memberikan kontribusi positif, baik bagi perekonomian keluarga maupun bagi perkembangan UMKM di daerahnya. Dengan demikian, ngabuburit tidak hanya sekedar menunggu waktu berbuka, tetapi juga menjadi momen untuk berkreasi, belajar, dan mengembangkan potensi diri.

*Langkah-langkah yang dilakukan Kokom dan teman-temannya: * Mempelajari tutorial meronce melati melalui YouTube dan media sosial. * Berlatih secara konsisten dan saling mendukung. * Menjadikan kesalahan sebagai bagian dari proses pembelajaran. * Berencana menambahkan rangkaian melati ke dalam katalog usaha dekorasi mereka. * Melihat keterampilan ini sebagai potensi penghasilan tambahan.