Ericsson Dorong Akselerasi Digitalisasi Indonesia Lewat Inovasi dan Strategi Monetisasi 5G

Ericsson Dorong Akselerasi Digitalisasi Indonesia Lewat Inovasi dan Strategi Monetisasi 5G

Transformasi digital di Indonesia terus mengalami percepatan, ditandai dengan semakin meluasnya adopsi teknologi 5G. Namun, sejumlah tantangan masih menghalangi kemajuan ini, antara lain ketersediaan spektrum frekuensi, strategi monetisasi yang efektif, serta kesenjangan akses internet di daerah terpencil. Hal ini menjadi fokus utama bagi industri telekomunikasi nasional dalam upaya pemerataan akses digital bagi seluruh lapisan masyarakat. Dalam konteks inilah, Ericsson, perusahaan teknologi telekomunikasi global, hadir dengan sejumlah inovasi dan strategi yang diklaim dapat mengatasi tantangan tersebut.

Pada ajang Mobile World Congress (MWC) 2025 di Barcelona, Spanyol, Ericsson memamerkan inovasi-inovasi terbaru yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi jaringan 5G dan membuka peluang bisnis baru bagi operator telekomunikasi di Indonesia. Andres Vicente, Senior Vice President and Head of Ericsson Southeast Asia, Oceania, dan India, menjelaskan bahwa teknologi-teknologi ini dirancang untuk mempercepat transformasi digital dengan cara yang lebih efisien dan terjangkau. Salah satu fokus utama adalah optimalisasi jaringan 5G melalui teknologi canggih dan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI).

Inovasi Jaringan 5G yang Efisien dan Berkelanjutan

Ericsson memperkenalkan 5G Advanced, sebuah teknologi yang memungkinkan peningkatan kapasitas jaringan dengan konsumsi energi yang lebih rendah. Teknologi Enhanced Mobile Broadband (eMBB) menjadi sorotan, karena mampu meningkatkan kapasitas hingga sepuluh kali lipat dibandingkan teknologi 4G dengan efisiensi energi lebih dari 30 persen. Keunggulan ini akan sangat bermanfaat bagi operator dalam memenuhi peningkatan permintaan data yang terus meningkat. Selain itu, integrasi AI dalam otomatisasi jaringan juga berperan penting. AI memungkinkan pengelolaan spektrum yang lebih efisien, optimalisasi lalu lintas jaringan, dan peningkatan kualitas pengalaman pengguna. Otomatisasi ini mengurangi kebutuhan intervensi manual, sehingga meningkatkan efisiensi operasional dan meminimalisir waktu henti layanan.

Strategi Monetisasi 5G: Membuka Sumber Pendapatan Baru

Laporan Ericsson Mobility Report mengidentifikasi empat strategi utama monetisasi 5G yang dapat diadopsi oleh operator di Indonesia. Strategi ini dirancang untuk memaksimalkan investasi dalam infrastruktur 5G dan membuka peluang pendapatan di luar model bisnis tradisional.

  • Enhanced Mobile Broadband (eMBB): Menawarkan internet ultracepat untuk mendukung layanan seperti streaming 4K, cloud gaming, dan pengalaman digital imersif.
  • Fixed Wireless Access (FWA) dan Wireless WAN: Menyediakan alternatif konektivitas broadband rumah dan perusahaan yang cepat dan terjangkau. FWA sendiri telah berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan operator global dalam beberapa tahun terakhir, mencapai 20-25 persen.
  • Monetisasi jaringan 5G privat dan network slicing: Memberikan konektivitas yang aman, stabil, dan berkecepatan tinggi untuk industri seperti manufaktur, pertambangan, dan logistik, dengan memungkinkan perusahaan memiliki jaringan eksklusif yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik mereka.
  • Network APIs: Memungkinkan pengembang menciptakan layanan baru berbasis 5G, seperti smart city, IoT, dan solusi AI berbasis cloud.

Vicente menekankan bahwa strategi-strategi ini bukanlah sekadar konsep teoritis, tetapi telah terbukti efektif di berbagai pasar global. Penerapan strategi ini akan membuka peluang pendapatan baru, tidak hanya dari pelanggan individu, tetapi juga dari segmen bisnis dan industri.

Menjembatani Kesenjangan Digital di Indonesia

Masalah kesenjangan digital masih menjadi tantangan serius di Indonesia. Berdasarkan data APJII 2024, masih ada sekitar 57 juta warga Indonesia yang belum memiliki akses internet. Ericsson menawarkan solusi jaringan hemat biaya dan berdaya jangkau tinggi, khususnya untuk daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Pengelolaan spektrum yang lebih efisien dan model bisnis berbasis kinerja memungkinkan operator untuk menekan biaya infrastruktur tanpa mengorbankan kualitas layanan. Ericsson juga menekankan pentingnya harga spektrum yang terjangkau sebagai faktor kunci dalam perluasan jaringan 5G di Indonesia. Laporan GSMA memproyeksikan potensi kerugian ekonomi hingga Rp 216 triliun pada 2030 jika biaya spektrum tetap tinggi.

Kolaborasi sebagai Kunci Sukses Implementasi 5G

Suksesnya implementasi 5G membutuhkan kolaborasi yang kuat antara operator, pemerintah, dan penyedia teknologi. Pemerintah memegang peran penting dalam memastikan ketersediaan spektrum frekuensi yang terjangkau dan memberikan insentif investasi. Dukungan kebijakan yang tepat akan memungkinkan operator untuk memaksimalkan monetisasi jaringan dan memperluas jangkauan layanan ke seluruh wilayah Indonesia. Dengan inovasi teknologi 5G Advanced, AI, dan strategi monetisasi yang cerdas, Ericsson berkomitmen untuk mendukung transformasi digital Indonesia dan menjadi mitra utama dalam perjalanan menuju era digital yang inklusif dan berkelanjutan. Kolaborasi ini merupakan kunci untuk memastikan Indonesia tidak hanya mengikuti tren global, tetapi juga menjadi pemain utama di ekosistem digital Asia Tenggara.