Studi Revisi Taksonomi Badak Jawa: Usulan Genus Baru untuk Konservasi yang Lebih Efektif

Studi Revisi Taksonomi Badak Jawa: Usulan Genus Baru untuk Konservasi yang Lebih Efektif

Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal ZooKeys mengusulkan revisi terhadap klasifikasi ilmiah badak Jawa (Rhinoceros sondaicus). Para peneliti, Francesco Nardelli dan Kurt Heißig, berargumen bahwa perbedaan anatomi dan ekologi yang signifikan antara badak Jawa dan badak India (Rhinoceros unicornis) menunjukkan perbedaan evolusi yang cukup mendasar untuk menempatkan badak Jawa dalam genus tersendiri, yaitu Eurhinoceros. Studi ini menekankan pentingnya pemahaman taksonomi yang akurat untuk upaya konservasi spesies yang terancam punah ini.

Perbedaan morfologi yang signifikan antara kedua spesies menjadi dasar utama usulan ini. Badak Jawa memiliki ciri khas kulit berpola poligonal yang unik, yang tidak ditemukan pada badak India. Perbedaan ini juga terlihat pada struktur tengkorak dan gigi. Badak Jawa memiliki tengkorak yang lebih ramping dengan bagian belakang kepala yang lebih lebar dan rendah, serta hidung dan gigi yang lebih pendek, yang mencerminkan adaptasinya terhadap pola makan yang lebih didominasi dedaunan. Sebaliknya, badak India memiliki tengkorak yang lebih kuat dan gigi yang lebih tinggi, sesuai dengan pola makannya yang lebih banyak mengandalkan rumput. Perbedaan ini juga terlihat pada ukuran tubuh, dengan badak India yang memiliki ukuran tubuh jauh lebih besar dibandingkan badak Jawa.

Selain perbedaan fisik, perilaku kedua spesies ini juga berbeda. Badak Jawa dikenal sebagai hewan soliter yang menjelajah wilayah yang luas, mencapai 15-20 kilometer per hari, meskipun cenderung menetap di area dengan sumber makanan melimpah. Berbeda dengan badak India, yang memiliki pola hidup semi-sosial dan lebih toleran terhadap habitat yang bervariasi, termasuk rawa, dataran aluvial, padang rumput, dan hutan kering di sekitar sungai besar seperti Gangga dan Brahmaputra, bahkan berdampingan dengan gajah dan kerbau air.

Nardelli dan Heißig menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan ini bukan sekadar variasi minor, melainkan mencerminkan divergensi evolusi yang signifikan. Dengan mengakui Eurhinoceros sondaicus sebagai genus yang berbeda, para peneliti berharap dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang sejarah evolusi dan spesialisasi ekologi badak Jawa. Klasifikasi yang direvisi ini diyakini akan memberikan kerangka kerja yang lebih baik untuk perencanaan konservasi, membantu dalam pengembangan strategi perlindungan yang lebih efektif untuk spesies yang sangat terancam punah ini.

Kesimpulannya, usulan perubahan nama ilmiah badak Jawa menjadi Eurhinoceros sondaicus bukan hanya sekadar perubahan nama, tetapi merupakan langkah penting dalam meningkatkan pemahaman kita tentang evolusi dan biologi badak Jawa. Pendekatan taksonomi yang lebih tepat ini diharapkan dapat berkontribusi pada upaya pelestarian yang lebih terarah dan efektif untuk memastikan kelangsungan hidup spesies yang luar biasa ini.