Meniti Jalan Menuju Kebaikan Dunia dan Akhirat: Menjadi 'Selebriti' di Bumi dan Langit
Meniti Jalan Menuju Kebaikan Dunia dan Akhirat: Menjadi 'Selebriti' di Bumi dan Langit
Dalam ceramahnya di detikKultum pada Sabtu (15/3/2025), Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal, menyampaikan renungan mendalam mengenai konsep popularitas di dunia dan akhirat. Beliau mengajukan pertanyaan provokatif: lebih baikkah dikenal luas di dunia namun diabaikan di sisi Tuhan, atau sebaliknya? Analogi 'selebriti' digunakan untuk menggambarkan perbedaan signifikan antara popularitas duniawi dan spiritual.
Prof. Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa popularitas duniawi tidak selalu mencerminkan kebaikan. Kepopuleran yang didapat melalui jalan yang salah, seperti perbuatan amoral atau tindakan yang melanggar norma agama, tidak akan memberikan nilai di mata Tuhan. Sebaliknya, individu yang mungkin terpinggirkan di dunia karena kekurangan fisik atau keterbatasan sosial, namun memiliki akhlak mulia dan keimanan yang kuat, justru akan memiliki kedudukan terhormat di sisi-Nya. Beliau menekankan bahwa popularitas sejati terletak pada kedekatan dengan Tuhan dan amal saleh yang dilakukan.
Lebih lanjut, beliau membahas tentang kemungkinan meraih popularitas di kedua alam. Menjadi individu yang dihormati di dunia dan akhirat bukanlah hal yang mustahil. Prof. Nasaruddin Umar menyarankan agar kita senantiasa memanjatkan doa "Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, waqina adzabannar", yang memohon kebaikan di dunia dan akhirat. Doa ini menjadi inti dari upaya untuk mencapai keseimbangan antara kehidupan duniawi dan spiritual.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Prof. Nasaruddin Umar memberikan beberapa panduan praktis. Beliau menyarankan agar kita:
- Menjalankan ibadah puasa dengan penuh ketaatan.
- Melaksanakan salat dengan penuh kekhusyukan.
- Beribadah dengan penuh ketulusan hati.
- Menunaikan zakat, infak, dan sedekah dengan ikhlas.
- Memperbaiki akhlak kepada orang tua dan guru.
Dengan menjalankan semua ini, kita menanam kebaikan di dunia yang akan berbuah kebaikan di akhirat. Beliau mencontohkan para nabi dan rasul sebagai individu yang sukses mencapai popularitas di dunia dan akhirat, karena mereka mencontohkan akhlak mulia dan ketaatan yang sempurna kepada Tuhan. Meneladani keteladanan para nabi dan rasul merupakan kunci untuk meraih popularitas spiritual yang langgeng.
Sebagai penutup, Prof. Nasaruddin Umar menyampaikan pesan yang mendalam: "Kalau kita ingin panen surga, maka tanamlah bibit surga selama hidup di bumi." Perbuatan baik yang dilakukan di dunia akan menentukan kedudukan kita di akhirat. Analogi menanam dan memanen ini menggambarkan hubungan sebab-akibat antara amal perbuatan di dunia dan ganjaran di akhirat. Ramadan menjadi momentum yang tepat untuk merenungkan hal tersebut dan memulai perubahan positif dalam diri menuju kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat.
DetikKultum bersama Prof. Nasaruddin Umar selama bulan Ramadhan dengan tema "Kontemplasi Ramadhan" dapat disaksikan setiap hari pukul 20.30 WIB di detikcom.