Peringatan Nuzulul Quran: Mengurai Sejarah dan Perbedaan Pendapat Mengenai Waktu Turunnya Wahyu Ilahi
Peringatan Nuzulul Quran: Mengurai Sejarah dan Perbedaan Pendapat Mengenai Waktu Turunnya Wahyu Ilahi
Bulan Ramadan, bulan suci penuh berkah bagi umat Islam, menjadi saksi bisu atas peristiwa monumental dalam sejarah Islam: Nuzulul Quran. Peristiwa turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW ini diperingati setiap tahunnya sebagai momentum refleksi dan penguatan spiritual. Namun, waktu pasti terjadinya Nuzulul Quran masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Perbedaan penafsiran ayat-ayat Al-Quran sendiri menjadi akar dari perbedaan pendapat tersebut. Artikel ini akan menelusuri sejarah Nuzulul Quran dan menguraikan berbagai pandangan terkait waktu turunnya wahyu ilahi.
Sejarah Awal Turunnya Wahyu
Sejarah mencatat bahwa wahyu pertama kali diterima Nabi Muhammad SAW di Gua Hira, sekitar 6 kilometer dari Makkah, pada 17 Ramadan tahun 610 Masehi. Saat itu, beliau berusia 40 tahun dan tengah menjalani ibadah khalwat (menyendiri) untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Di tengah kesunyian dan ketenangan, Malaikat Jibril, utusan Allah SWT, muncul dan menyampaikan wahyu pertama berupa surah Al-Alaq ayat 1-5: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan pena, Yang mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-Alaq: 1-5).
Peristiwa ini menandai dimulainya kerasulan Nabi Muhammad SAW dan menjadi titik awal turunnya Al-Quran secara bertahap. Menurut beberapa riwayat, Malaikat Jibril memeluk Nabi Muhammad SAW sebanyak tiga kali sambil mengulang perintah "Iqra!" (Bacalah!). Kejadian ini mengukuhkan malam tersebut sebagai malam Nuzulul Quran, meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai tanggal pastinya.
Perbedaan Pendapat tentang Waktu Turunnya Al-Quran
Meskipun 17 Ramadan diyakini sebagai tanggal turunnya wahyu pertama, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai waktu tepat turunnya seluruh Al-Quran. Sebagian berpendapat bahwa Al-Quran diturunkan secara bertahap, dimulai pada 17 Ramadan, sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Isra ayat 106: "Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian." Pendapat ini menekankan proses turunnya wahyu yang berlangsung selama 23 tahun kenabian.
Namun, pendapat lain meyakini bahwa Nuzulul Quran terjadi pada Lailatul Qadar, yang diyakini jatuh pada 10 malam terakhir Ramadan. Surah Al-Qadr ayat 1-5 menjelaskan keutamaan Lailatul Qadar: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatul Qadar. Tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar." Pendapat ini berfokus pada peristiwa besar turunnya wahyu secara komprehensif.
Peringatan Nuzulul Quran di Masa Kini
Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, peringatan Nuzulul Quran tetap dilaksanakan setiap tanggal 17 Ramadan. Pada tahun ini, 17 Ramadan 1446 H bertepatan dengan Senin, 17 Maret 2025. Peringatan ini dimaknai sebagai momentum untuk meningkatkan keimanan, menghayati kandungan Al-Quran, dan merenungkan pesan-pesan ilahi di dalamnya. Berbagai kegiatan keagamaan, seperti tadarus Al-Quran, kajian, dan salat tarawih, biasanya dilakukan untuk menghormati peristiwa penting ini. Intinya, peringatan ini merupakan wujud penghormatan dan rasa syukur atas anugerah Al-Quran bagi umat manusia.
Perbedaan pendapat mengenai waktu pasti turunnya Al-Quran tidak mengurangi arti penting dari peristiwa Nuzulul Quran itu sendiri. Peringatan ini tetap menjadi momen berharga bagi umat Islam untuk memperkuat spiritualitas dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.