Banjir Bekasi 2025: Intensitas Curah Hujan Ekstrem Lampaui Bencana 2020
Banjir Bekasi 2025: Intensitas Curah Hujan Ekstrem Lampaui Bencana 2020
Bencana banjir yang melanda wilayah Bekasi Utara, khususnya di Kampung Lebak, RT 06 RW 002, pada Selasa, 4 Maret 2025, telah melampaui intensitas dan dampak kerusakan banjir yang terjadi pada tahun 2020. Kesaksian warga setempat menggambarkan situasi yang jauh lebih kritis dibandingkan dengan kejadian sebelumnya. Tinggi muka air yang mencapai 200 sentimeter (2 meter) telah merendam ratusan rumah dan memaksa warga untuk mengungsi. Peristiwa ini menyoroti urgensi penanganan masalah infrastruktur dan sistem peringatan dini bencana di wilayah tersebut.
Salah seorang warga, Tika (33), menggambarkan kepanikan yang dirasakannya. Ia menyatakan bahwa banjir tahun ini jauh lebih parah dibandingkan tahun 2020, di mana ketinggian air hanya mencapai 150 cm dan tidak sampai merendam rumahnya. “Banjir tahun 2020 hanya menggenangi area luar rumah, tetapi kali ini air telah masuk ke dalam rumah,” ujarnya. Pengalaman serupa juga diungkapkan oleh Muji (52), yang mengungkapkan keterkejutannya melihat kecepatan dan ketinggian air yang meningkat drastis sejak pukul 02.00 WIB dan mencapai puncaknya pada pukul 06.00 WIB. Ia menyebutkan, pada tahun 2020 ketinggian air hanya berkisar antara 100-150 cm.
Ketua RT 06 RW 002, Pungut (72), memberikan konfirmasi resmi mengenai jumlah rumah yang terdampak. Sebanyak 245 rumah di RT 06 dan RT 07 terendam banjir. “Di RT 06 ada 92 rumah dan di RT 07 ada 153 rumah yang terdampak,” jelasnya. Pungut juga menambahkan bahwa air mulai naik sejak pukul 01.00 WIB dan mencapai ketinggian 2 meter di beberapa titik di kawasan tersebut. Ia menjelaskan bahwa banjir ini merupakan kiriman air dari daerah hulu, Bogor, yang melalui Sungai Ciliwung dan bermuara di Kali Bekasi. Kondisi geografis ini membuat wilayah tersebut rawan terhadap banjir kiriman, terutama saat curah hujan ekstrem.
Akibat bencana ini, ratusan warga terpaksa mengungsi ke tempat-tempat aman seperti pinggir jalan, lantai dua mushala, dan lantai dua rumah warga yang lebih tinggi. Kejadian ini menyoroti pentingnya upaya mitigasi bencana yang lebih komprehensif dan efektif, termasuk peningkatan kapasitas infrastruktur drainase, sistem peringatan dini, dan sosialisasi kesiapsiagaan bencana kepada masyarakat. Pemerintah daerah diharapkan segera mengambil langkah-langkah konkret untuk membantu warga terdampak dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Lebih lanjut, investigasi menyeluruh terhadap penyebab naiknya debit air Sungai Ciliwung dan sistem drainase di Bekasi Utara diperlukan untuk mencegah terulangnya bencana ini pada musim hujan mendatang.
- Kondisi geografis yang rawan banjir, terutama kiriman dari hulu
- Meningkatnya intensitas curah hujan ekstrem
- Keterbatasan infrastruktur drainase
- Sistem peringatan dini yang kurang efektif
- Dampak sosial ekonomi terhadap warga terdampak
- Upaya pemerintah dalam penanggulangan bencana
- Perlunya mitigasi bencana yang komprehensif