Keunggulan Kompetitif Udang Indonesia di Pasar Amerika Serikat Tetap Terjaga
Keunggulan Kompetitif Udang Indonesia di Pasar Amerika Serikat Tetap Terjaga
Meskipun menghadapi tarif anti-dumping dari Amerika Serikat (AS), produk udang Indonesia tetap menunjukkan daya saing yang kuat di pasar internasional. Keputusan Departemen Perdagangan AS (USDOC) yang menurunkan tarif anti-dumping menjadi 3,9 persen, dari sebelumnya 6,3 persen, memberikan angin segar bagi industri perikanan Indonesia. Hal ini menempatkan Indonesia dalam posisi yang lebih kompetitif dibandingkan negara-negara pesaing utama seperti India, Vietnam, dan Ekuador yang menghadapi tarif jauh lebih tinggi.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Budi Sulistiyo, menjelaskan bahwa tarif anti-dumping yang lebih rendah ini menjadikan udang Indonesia pilihan utama bagi importir AS. Perbandingannya cukup signifikan. Ekuador dikenakan tarif 10,58 persen. Vietnam menghadapi bea masuk penyeimbang (CVD) sebesar 2,84 persen ditambah tarif anti-dumping 25,76 persen. Situasi India bahkan lebih menantang dengan CVD 5,77 persen dan tarif anti-dumping yang mencapai angka fantastis, 110,9 persen. Keunggulan kompetitif Indonesia ini, menurut Budi, akan tetap dijaga dan ditingkatkan.
Pemerintah Indonesia, melalui KKP, berkomitmen untuk mempertahankan dan meningkatkan posisi udang Indonesia di pasar AS. Langkah-langkah strategis tengah dilakukan untuk memastikan hal tersebut. Kerja sama yang erat antara pemerintah, eksportir, asosiasi udang, dan perwakilan diplomatik di AS terus dijalin untuk melakukan pendekatan dan negosiasi guna peninjauan ulang tarif anti-dumping. Proses pengajuan peninjauan tarif ini direncanakan dimulai pada Mei 2025 dan melibatkan berbagai tahapan, mulai dari pemilihan kuasa hukum hingga penyusunan dokumen pendukung dan pengisian kuesioner.
Selain itu, upaya untuk menjaga kepercayaan importir AS terhadap kualitas dan ketepatan pengiriman produk udang Indonesia terus dilakukan. Rekam jejak yang baik menjadi kunci dalam mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar. Tidak hanya fokus pada pasar AS, KKP juga gencar melakukan ekspansi pasar ke negara-negara lain yang memiliki potensi besar. Jepang dan Kanada menjadi target utama untuk ekspor udang mentah beku dan olahan, sementara China untuk udang mentah beku. Korea Selatan dan Australia juga menjadi sasaran utama untuk produk udang olahan. Upaya ekspor udang olahan breaded ke AS juga terus didorong. Secara paralel, pemerintah juga fokus pada penguatan pasar domestik melalui promosi, pameran, dan kerja sama dengan sektor hotel, restoran, dan katering (HOREKA).
Dengan strategi komprehensif yang meliputi negosiasi tarif, penjagaan kualitas produk, ekspansi pasar, dan penguatan pasar domestik, pemerintah optimistis bahwa ekspor udang Indonesia akan tetap tumbuh dan mampu bersaing di pasar global, meskipun menghadapi tantangan tarif dagang yang fluktuatif. Komitmen ini menjadi bukti nyata dukungan pemerintah terhadap keberlanjutan dan perkembangan industri perikanan Indonesia di kancah internasional.