Inkonsistensi AC Milan: Pulisic Akui Kebiasaan Timnya Bangkit di Babak Kedua
Inkonsistensi AC Milan: Pulisic Akui Kebiasaan Timnya Bangkit di Babak Kedua
Christian Pulisic, winger andalan AC Milan, mengakui pola permainan timnya yang kerap menampilkan performa berbeda signifikan antara babak pertama dan kedua dalam setiap pertandingan. Fenomena ini kembali terlihat dalam laga kontra Como 1907 pada pekan ke-29 Liga Italia, Sabtu, 15 Maret 2025, di mana Rossoneri berhasil membalikkan keadaan setelah tertinggal 0-1 di babak pertama. Gol Lucas Da Cunha di menit ke-33 sempat membuat pendukung Milan cemas, namun kebangkitan di babak kedua berkat gol Pulisic (menit ke-53) dan Tijjani Reijnders (menit ke-75) memastikan kemenangan krusial bagi tim asuhan Sergio Conceicao.
"Itu seperti dua pertandingan berbeda: babak pertama dan babak kedua," ujar Pulisic, yang juga menjabat sebagai kapten Timnas Amerika Serikat. Ia menambahkan, "Ini sudah menjadi hal biasa bagi kami." Meskipun mengakui adanya inkonsistensi tersebut, Pulisic tetap optimis. Kemenangan dramatis atas Como, menurutnya, memberikan suntikan kepercayaan diri yang dibutuhkan tim menjelang jeda internasional. "Untungnya kami mampu mengubah beberapa hal dan membalikkan keadaan. Kemenangan ini memberi kami sedikit kepercayaan diri untuk menatap pertandingan-pertandingan selanjutnya," tegasnya.
Tren inkonsistensi ini bukan hal baru bagi AC Milan. Sejak awal musim, I Rossoneri kerap tampil kurang meyakinkan di babak pertama, sebelum kemudian menunjukkan performa gemilang di babak kedua. Bahkan di bawah arahan pelatih Sergio Conceicao, pola ini tetap berlanjut. Milan sukses mengalahkan Juventus dan Inter Milan di Piala Super Italia, meskipun tampil kurang impresif di paruh pertama pertandingan. Kemenangan atas Lecce dengan skor 3-2 juga diraih dengan cara yang serupa; tertinggal 0-2 di babak pertama, kemudian berbalik unggul di babak kedua. Kemampuan untuk bangkit dari ketertinggalan ini telah menghasilkan poin-poin penting bagi AC Milan.
Statistik pun menunjukkan fakta menarik. Sejak Conceicao menukangi Milan, Il Diavolo Rosso telah mengumpulkan 12 poin dari posisi tertinggal. Prestasi ini hanya kalah dari Bologna yang mengumpulkan 15 poin dengan catatan serupa di lima liga top Eropa. Rekor terbaik AC Milan dalam hal ini adalah 16 poin dari posisi tertinggal, yang dicapai pada musim 2021-2022 saat mereka meraih scudetto. Kemenangan melawan Como membawa Milan naik ke posisi ke-7 klasemen Liga Italia dengan 47 poin, terpaut 3 poin dari Bologna di posisi ke-6 yang belum memainkan laga pekan ke-29. Pertarungan memperebutkan posisi di zona Eropa nampaknya akan semakin sengit hingga akhir musim.
AC Milan kini dihadapkan pada tantangan untuk mengatasi inkonsistensi permainan ini. Konsistensi performa di sepanjang pertandingan menjadi kunci bagi Rossoneri untuk bersaing di papan atas klasemen dan mengamankan tiket ke kompetisi Eropa musim depan. Kemampuan untuk membalikkan keadaan di babak kedua, meskipun patut diapresiasi, bukanlah solusi jangka panjang. Analisis mendalam dan perbaikan strategi serta mentalitas tim menjadi hal krusial yang perlu dilakukan oleh tim pelatih untuk memastikan konsistensi penampilan AC Milan.