Banjir Bandang Cimeta Landa Bandung Barat, Ratusan Jiwa Mengungsi dan Infrastruktur Rusak Parah

Banjir Bandang Cimeta Landa Bandung Barat, Ratusan Jiwa Mengungsi dan Infrastruktur Rusak Parah

Bencana banjir bandang menerjang dua kampung di Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat pada Sabtu sore, 15 Maret 2025. Luapan Sungai Cimeta mengakibatkan kerusakan yang signifikan pada permukiman warga dan infrastruktur vital, memaksa ratusan jiwa mengungsi. Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut menyebabkan Sungai Cimeta meluap hingga ketinggian mencapai dua meter di beberapa titik permukiman. Debit air yang tinggi tidak mampu ditampung oleh sungai, sehingga air bah menerjang pemukiman warga di Kampung Guha Mulya dan Cibarengkok Jaya.

Berdasarkan laporan Sekretaris Desa Nyalindung, Asep Hidayat, dampak banjir bandang ini sangat memprihatinkan. Sebanyak 25 unit rumah warga mengalami kerusakan, mulai dari kerusakan ringan hingga kerusakan berat bahkan ambruk. Satu bangunan sekolah turut terendam banjir dan empat jembatan penghubung antar kampung mengalami kerusakan parah, memutus akses transportasi warga. Tragedi ini juga mengakibatkan 144 jiwa harus mengungsi karena rumah mereka terendam lumpur dan tidak layak huni. Asep menekankan bahwa ini merupakan banjir terparah yang melanda wilayah tersebut sejak banjir besar tahun 2024, bahkan lebih parah dari banjir yang terjadi di bulan Ramadhan lalu. Rumah-rumah yang rusak sebagian bahkan baru saja diperbaiki pasca banjir tahun sebelumnya, baik melalui bantuan pemerintah daerah maupun swadaya warga.

Kondisi geografis permukiman yang berada di bantaran Sungai Cimeta menjadi faktor utama penyebab kerusakan yang parah. Rumah-rumah yang berada di dekat sungai langsung diterjang derasnya aliran air. Kerusakan yang terjadi beragam, mulai dari kerusakan ringan berupa genangan air dan kerusakan barang-barang elektronik hingga kerusakan berat berupa tembok jebol dan rumah roboh. Dokumen penting milik warga juga turut menjadi korban. Kerusakan jembatan yang parah juga menghambat proses evakuasi dan penyaluran bantuan. Saat ini, warga hanya dapat mengakses kampung melalui jalur kaki, sementara kendaraan bermotor masih belum dapat melewati jalur tersebut.

Menyikapi kejadian ini, Pemerintah Desa Nyalindung mengusulkan relokasi warga yang bermukim di bantaran Sungai Cimeta. Asep Hidayat menjelaskan bahwa solusi relokasi dianggap perlu untuk mencegah terulangnya bencana serupa di masa mendatang. Meskipun telah tersedia lahan milik desa, persetujuan dari warga masih perlu dikaji lebih lanjut. Pemerintah desa juga akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mencari solusi terbaik bagi keselamatan warga. Upaya perbaikan jembatan dan rumah warga yang rusak juga menjadi prioritas utama agar kehidupan warga dapat kembali normal.

Kejadian banjir bandang ini menjadi pengingat penting akan perlunya pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) yang lebih baik dan langkah antisipasi bencana yang komprehensif. Pentingnya mitigasi bencana dan kesadaran akan resiko tinggal di daerah rawan bencana harus menjadi perhatian bersama untuk mengurangi dampak buruk bencana di masa mendatang. Pemerintah daerah dan masyarakat perlu bersinergi dalam upaya penanggulangan bencana dan pembangunan infrastruktur yang tangguh terhadap bencana.