Pesantren Modern: Merajut Iman dan Estetika Melalui Rebana dan Kaligrafi

Pesantren Modern: Merajut Iman dan Estetika Melalui Rebana dan Kaligrafi

Di tengah hiruk pikuk pembelajaran kitab kuning dan Al-Quran, pesantren modern kini juga mengedepankan pengembangan potensi santri dalam bidang seni. Rebana dan kaligrafi, dua cabang seni yang kaya makna dan sejarah, menjadi bagian integral dari kurikulum ekstrakurikuler di banyak lembaga pendidikan berbasis pesantren. Bukan sekadar aktivitas mengisi waktu luang, melainkan upaya holistik membentuk karakter dan memperluas cakrawala santri.

Rebana, alat musik tradisional yang identik dengan nuansa Islami, telah lama menjadi media dakwah yang efektif. Irama-iramanya yang syahdu mengiringi lantunan salawat dan lagu-lagu religi, menciptakan suasana spiritual yang khidmat. Di Pondok Pesantren Darul Amanah misalnya, latihan rebana rutin digelar, bahkan semakin intensif selama bulan Ramadan. Kegiatan ini, menurut KH. Muhammad Fatwa, pimpinan pesantren tersebut, merupakan bagian penting dari program ekstrakurikuler yang bertujuan mengembangkan bakat santri di bidang seni sekaligus membekali mereka dengan keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk berdakwah di masyarakat. "Kami ingin santri tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memiliki kemampuan berekspresi dan berkontribusi positif melalui seni," ujar Gus Fatwa pada Minggu, 16 Maret 2025. Latihan rebana tak sekadar mengajarkan teknik bermusik, tetapi juga mengajarkan pentingnya kerja sama tim, kedisiplinan, dan menghargai proses.

Selain rebana, seni kaligrafi turut mendapat tempat istimewa dalam kurikulum pesantren. Seni menulis huruf Arab dengan indah dan artistik ini bukan sekadar keterampilan estetis, tetapi juga merupakan refleksi spiritualitas dan ketelitian. Sejarah kaligrafi, yang terhubung erat dengan penyusunan mushaf Al-Quran pada masa Khalifah Utsman bin Affan, menunjukkan betapa seni ini memiliki akar yang dalam dalam khazanah Islam. Gus Fatwa menambahkan bahwa melalui kaligrafi, santri dilatih untuk menumbuhkan kesabaran, ketelitian, dan kehalusan jiwa. Proses berkarya dalam kaligrafi, yang membutuhkan fokus dan ketekunan tinggi, membentuk karakter santri yang lebih terampil dan teliti. Keindahan karya kaligrafi pun, diharapkan dapat menjadi representasi dari keindahan akhlak dan kepribadian santri.

Kedua seni ini, rebana dan kaligrafi, bukan hanya melengkapi pembelajaran keagamaan di pesantren, tetapi juga memperkaya khazanah budaya bangsa. Penggunaan media seni dalam pendidikan pesantren menunjukkan komitmen untuk mencetak generasi muda yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia, sekaligus melestarikan dan mengembangkan warisan budaya Islam di Indonesia.

Manfaat Rebana dan Kaligrafi di Pesantren:

  • Media Dakwah: Rebana digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan agama melalui musik.
  • Pengembangan Bakat: Kedua seni ini memberikan kesempatan santri untuk mengembangkan potensi kreativitas.
  • Pembinaan Karakter: Proses belajar rebana dan kaligrafi membentuk kedisiplinan, ketelitian, dan kesabaran.
  • Keterampilan Hidup: Santri memperoleh keterampilan bermusik dan seni rupa yang dapat dimanfaatkan di masa depan.
  • Pelestarian Budaya: Kontribusi dalam melestarikan dan mengembangkan seni tradisional Islam.