Mendikbudristek Ungkap Lima Makna Penting Nuzulul Quran bagi Dunia Pendidikan
Lima Makna Nuzulul Quran bagi Pendidikan Nasional: Perspektif Mendikbudristek
Peristiwa Nuzulul Quran, yang diperingati setiap 17 Ramadan, menyimpan makna mendalam bagi dunia pendidikan. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, dalam sebuah pidato pada acara Siraman Pelita Hati (SIMPATI) di Universitas Muhammadiyah Magelang pada 15 Maret 2025. Beliau memaparkan lima poin penting terkait keterkaitan peristiwa agung tersebut dengan sistem pendidikan nasional.
Pertama, Nuzulul Quran mengajarkan konsep lifelong learning atau pembelajaran sepanjang hayat. Makna ini menunjukkan bahwa proses pendidikan manusia dimulai sejak dalam kandungan, sebuah proses yang berkesinambungan dan tak pernah berhenti. Konsep ini relevan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan.
Kedua, turunnya Al-Quran menandai pergeseran signifikan dari tradisi lisan menuju tradisi tulisan. Sebelum wahyu pertama diturunkan, penyampaian ajaran Islam masih sangat bergantung pada ingatan dan tutur kata. Namun, dengan diturunkannya Al-Quran, tercipta sebuah rujukan tertulis yang abadi, yang memperkuat dan memperluas dakwah Islam ke berbagai penjuru. Hal ini menggarisbawahi pentingnya dokumentasi dan pelestarian pengetahuan dalam pendidikan modern.
Ketiga, wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW di Gua Hira mengajarkan kita untuk selalu terbuka terhadap pengetahuan baru, aktif dalam mencari ilmu, dan berani berubah. Sikap ini merupakan kunci utama keberhasilan dalam proses pembelajaran. Mendikbudristek menekankan pentingnya pengembangan mindset yang adaptif dan inovatif di kalangan pendidik dan peserta didik.
Keempat, proses turunnya Al-Quran secara bertahap menggambarkan bagaimana proses belajar itu sendiri bersifat dinamis dan terus berkembang. Proses wahyu yang berlangsung selama 23 tahun mencerminkan pembelajaran yang berkelanjutan, adaptif, dan responsif terhadap konteks zaman. Hal ini menuntut sistem pendidikan yang fleksibel dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.
Kelima, dan yang terpenting, keempat makna di atas menjadi pondasi dan strategi utama dalam membangun peradaban yang beradab melalui pendidikan yang berkualitas. Nuzulul Quran tidak hanya menjadi peristiwa historis, tetapi juga menjadi kompas moral dan intelektual dalam memandu perjalanan pendidikan menuju terciptanya masyarakat yang adil, maju, dan bermartabat. Mendikbudristek mengajak semua pihak untuk menjadikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran sebagai pedoman dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
Lebih lanjut, peringatan Nuzulul Quran tahun ini bertepatan dengan 17 Maret 2025, menandai momentum refleksi dan komitmen bersama untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, dengan berpedoman pada nilai-nilai luhur yang diajarkan Al-Quran.
Berdasarkan sumber lain, wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah surat Al-Alaq ayat 1-5 di Gua Hira, Jabal Nur pada 17 Ramadan 610 Masehi. Peristiwa ini menandai awal turunnya Al-Quran dan menjadi titik tolak perkembangan peradaban Islam.