Serangan Udara AS di Yaman Picu Kecaman Internasional dan Ancaman Balas Dendam

Serangan Udara AS di Yaman Picu Kecaman Internasional dan Ancaman Balas Dendam

Serangan udara yang dilancarkan Amerika Serikat (AS) di Yaman pada Sabtu (15 Maret 2024) waktu setempat telah menimbulkan gelombang kecaman internasional dan ancaman pembalasan dari kelompok pemberontak Houthi. Serangan tersebut, yang diumumkan Presiden Donald Trump melalui platform media sosial Truth Social, menargetkan wilayah yang dikuasai Houthi di ibu kota Sanaa, mengakibatkan sejumlah korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Trump membenarkan serangan tersebut sebagai tanggapan atas dugaan ancaman yang ditimbulkan oleh Houthi terhadap kepentingan AS di Laut Merah, serta dukungan mereka terhadap kelompok Hamas di Palestina. Klaim ini, bagaimanapun, dibantah oleh Houthi yang menyebut serangan tersebut sebagai kejahatan perang dan sebuah tindakan agresi terhadap kedaulatan Yaman.

Pemerintah AS mengklaim bahwa Houthi telah meningkatkan serangan terhadap kapal-kapal yang berafiliasi dengan AS dan Israel di Laut Merah, terutama sejak pecahnya konflik di Gaza pada Oktober 2023. Trump menyatakan bahwa serangan udara yang dilakukan AS akan menggunakan kekuatan mematikan hingga tujuan mereka tercapai. Laporan dari media lokal menyebutkan setidaknya tiga ledakan besar mengguncang distrik Shuub di Sanaa, dengan asap membubung tinggi ke udara. Al-Masirah TV, stasiun televisi yang berafiliasi dengan Houthi, melaporkan bahwa serangan tersebut menargetkan permukiman warga sipil, mengakibatkan banyak korban, terutama perempuan dan anak-anak. Laporan mengenai jumlah korban jiwa yang tepat masih simpang siur, dengan berbagai sumber memberikan angka yang berbeda-beda.

Respon dari Houthi terhadap serangan AS sangat keras. Juru bicara Houthi, Mohammed Abdul-Salam, secara tegas mengecam serangan tersebut sebagai kejahatan perang dan menyebutnya sebagai sebuah pelanggaran berat terhadap hukum internasional. Abdul-Salam juga menuduh AS mengeksploitasi insiden di Laut Merah untuk membenarkan serangan mereka, mengatakan bahwa tindakan Houthi di Laut Merah merupakan bentuk dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina di Gaza dan bukan ancaman terhadap kepentingan AS. Houthi juga menegaskan bahwa serangan AS tidak akan menghentikan dukungan mereka terhadap Palestina dan bahwa mereka akan membalas serangan tersebut.

Ketegangan di Yaman semakin meningkat setelah serangan AS tersebut. Komunitas internasional telah mengecam serangan tersebut, dengan banyak pihak menyerukan penghentian kekerasan dan penyelesaian konflik melalui jalur diplomasi. PBB telah mengeluarkan pernyataan yang mengutuk serangan tersebut dan meminta semua pihak untuk menahan diri dari tindakan yang dapat memperburuk situasi. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya eskalasi konflik di Yaman, sebuah negara yang sudah lama dilanda perang dan krisis kemanusiaan. Pernyataan-pernyataan keras dari kedua belah pihak menunjukkan sedikit ruang untuk kompromi dan meningkatkan kemungkinan konfrontasi militer yang lebih besar.

Berikut beberapa poin penting terkait insiden ini:

  • Serangan AS: Serangan udara AS di Sanaa, Yaman, menargetkan posisi Houthi.
  • Motif AS: Menanggapi dugaan ancaman Houthi terhadap kepentingan AS di Laut Merah dan dukungan terhadap Hamas.
  • Korban Jiwa: Laporan yang belum terverifikasi menunjukkan korban jiwa, terutama warga sipil.
  • Reaksi Houthi: Houthi mengecam serangan tersebut sebagai kejahatan perang dan mengancam akan membalas.
  • Dampak Internasional: Kecaman internasional dan seruan untuk de-eskalasi.

Situasi di Yaman terus memanas dan membutuhkan pengawasan ketat dari komunitas internasional untuk mencegah konflik yang lebih besar dan melindungi warga sipil.