Netanyahu Ancam Konsekuensi Berat Bagi Hamas Jika Sandera Tak Dibebaskan
Netanyahu Ancam Konsekuensi Berat Bagi Hamas Jika Sandera Tak Dibebaskan
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kembali meningkatkan tekanan terhadap kelompok Hamas dengan ancaman konsekuensi yang sangat serius jika para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza tidak segera dibebaskan. Peringatan keras ini disampaikan Netanyahu di hadapan parlemen Israel, menyusul kebuntuan negosiasi gencatan senjata dan penolakan Hamas terhadap proposal perpanjangan gencatan senjata tahap pertama.
Netanyahu menegaskan bahwa kegagalan Hamas dalam membebaskan para sandera akan berujung pada konsekuensi yang tak terbayangkan. Pernyataan tegas ini disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Hamas, yang diwarnai oleh penghentian sementara bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza oleh Israel. Langkah ini diambil setelah negosiasi perpanjangan gencatan senjata yang dimediasi oleh utusan khusus Amerika Serikat, Steve Witkoff, menemui jalan buntu. Gencatan senjata tahap pertama, yang berlangsung selama enam pekan, telah memberikan akses penting terhadap pasokan makanan, tempat tinggal, dan bantuan medis bagi penduduk Gaza setelah pertempuran selama 15 bulan.
Meskipun gencatan senjata tahap pertama telah menghasilkan pembebasan 25 sandera dan penyerahan 8 jenazah sandera oleh Hamas sebagai imbalan atas pembebasan sekitar 1.800 tahanan Palestina dari penjara Israel, masih terdapat sekitar 58 sandera yang nasibnya belum jelas di Jalur Gaza. Angka ini termasuk 34 sandera yang menurut militer Israel telah tewas. Total sandera yang masih ditahan sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 mencapai 251 orang. Kegagalan membebaskan sandera ini yang menjadi titik utama ancaman Netanyahu.
Laporan media Israel mengindikasikan bahwa pemerintah Israel tengah mempersiapkan strategi untuk meningkatkan tekanan terhadap Hamas. Salah satu laporan menyebutkan rencana yang disebut "Rencana Neraka", yang mencakup pemindahan penduduk dari bagian utara Gaza ke selatan, pemutusan pasokan listrik, dan bahkan dimulainya kembali pertempuran skala penuh. Laporan lain menyebutkan bahwa Netanyahu berupaya untuk memanfaatkan semua cara yang tersedia untuk membebaskan sandera sebelum kembali melancarkan serangan militer. Namun, rencana ini tetap menimbulkan kekhawatiran akan potensi eskalasi konflik dan dampak kemanusiaan yang lebih luas di Jalur Gaza.
Situasi ini semakin rumit dengan penolakan Hamas terhadap usulan perpanjangan gencatan senjata hingga pertengahan April, seperti yang diusulkan oleh AS. Hamas lebih memilih transisi ke tahap kedua gencatan senjata, yang diharapkan dapat mengakhiri konflik secara permanen. Kebuntuan ini menyoroti betapa rumit dan rawannya negosiasi perdamaian di wilayah tersebut, dan mengantungkan ancaman dari Netanyahu akan konsekuensi yang sangat berat bagi Hamas akan tetap menjadi bayang-bayang yang menggelantung di atas situasi yang sudah rapuh ini.
Berikut poin-poin penting dari situasi ini:
- Netanyahu mengancam konsekuensi yang tak terbayangkan bagi Hamas jika sandera tidak dibebaskan.
- Negosiasi gencatan senjata menemui jalan buntu.
- Israel telah menghentikan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
- Hamas menolak perpanjangan gencatan senjata tahap pertama.
- Israel mempertimbangkan berbagai strategi untuk meningkatkan tekanan terhadap Hamas, termasuk "Rencana Neraka".
- Sekitar 58 sandera masih ditahan di Jalur Gaza.