Bencana Longsor Berulang di Srengseng: Warga Desak Pembuatan Turap Permanen Kali Ciliwung
Bencana Longsor Berulang di Srengseng: Warga Desak Pembuatan Turap Permanen Kali Ciliwung
Sejak tahun 2020, kawasan Jalan H. Shibi, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, telah lima kali diterjang bencana longsor yang mengancam permukiman warga. Kejadian ini bukan hanya mengakibatkan kerusakan infrastruktur, namun juga menimbulkan kecemasan dan kerugian ekonomi bagi penduduk setempat. Kerusakan terparah terjadi pada Rabu, 5 Maret 2025, di mana longsor yang terjadi telah menghabiskan seluruh halaman dan akses jalan utama menuju rumah-rumah warga, dengan kedalaman mencapai tujuh meter. Salah satu warga, Iskandar (28), menceritakan pengalaman traumatisnya. Rumahnya yang dibangun pada tahun 2001, awalnya berjarak tujuh meter dari bantaran Kali Ciliwung. Namun, abrasi sungai yang terus terjadi telah secara signifikan mengurangi jarak aman tersebut, sehingga rumahnya kini berada dalam bahaya langsung akibat longsor.
Rumah di Ambang Keruntuhan
"Pada tahun 2001, jarak rumah saya ke kali masih tujuh meter," ungkap Iskandar saat ditemui di lokasi pada Jumat, 14 Maret 2025. "Itulah yang membuat kami berani membangun rumah di sini. Namun, karena pengikisan terus menerus, jaraknya kini menjadi sangat dekat. Longsor terakhir bahkan telah menelan halaman rumah saya hingga sembilan meter." Iskandar dan keluarganya kini terpaksa mengungsi karena khawatir akan longsor susulan. Situasi ini menggambarkan betapa rapuhnya kondisi permukiman warga di sekitar Kali Ciliwung yang terancam terus menerus oleh bencana alam tersebut. Kondisi ini semakin diperparah dengan lambannya respon pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut.
Tanggapan Pemerintah yang Dinilai Lamban
Sejak tahun 2022, warga telah berulang kali mengajukan permohonan pembangunan turap permanen kepada instansi terkait, namun hingga kini belum ada realisasi yang berarti. Pihak pemerintah, menurut Iskandar, hanya memberikan solusi sementara berupa pemasangan kayu dolken sebagai turap darurat. Langkah ini dinilai tidak efektif dan tidak mampu mencegah terjadinya longsor susulan. "Pemasangan kayu dolken hanya solusi sementara, dan kita khawatir itu tidak akan mencegah longsor berikutnya," ujar Iskandar. "Kami sangat berharap ada tindakan yang lebih permanen, seperti pembangunan turap beton," tambahnya. Kekecewaan warga semakin besar karena harapan akan solusi permanen yang telah disampaikan berulang kali masih belum dipenuhi oleh pemerintah setempat.
Desakan Pembangunan Turap Permanen
Kejadian longsor berulang ini telah menimbulkan keresahan dan kecemasan di kalangan warga Srengseng. Mereka mendesak pemerintah untuk segera membangun turap permanen di sepanjang bantaran Kali Ciliwung sebagai solusi jangka panjang untuk mencegah terjadinya bencana serupa di masa mendatang. Kegagalan dalam memberikan solusi permanen tidak hanya akan mengakibatkan kerugian material yang terus berulang, namun juga akan mengancam keselamatan jiwa warga. Perlu adanya komitmen nyata dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini dan memberikan jaminan keamanan bagi warga yang tinggal di kawasan rawan bencana tersebut. Perbaikan infrastruktur yang memadai dan berkelanjutan menjadi kunci utama untuk mencegah terjadinya tragedi yang sama di kemudian hari.