IHSG Tumbuh Tipis di Awal Pekan, Rupiah Menguat di Tengah Sentimen Global yang Bervariasi

IHSG dan Rupiah di Awal Pekan: Pertumbuhan Tipis di Tengah Ketidakpastian Global

Pada pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin, 17 Maret 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan pertumbuhan tipis, bergerak di zona hijau dengan posisi 6.518, naik 2,73 poin (0,04 persen) dibandingkan penutupan sebelumnya di angka 6.615,63. Aktivitas perdagangan menunjukkan 242 saham mengalami penguatan, 96 saham melemah, dan 190 saham stagnan. Nilai transaksi hingga pukul 09.02 WIB mencapai Rp 358,21 miliar dengan volume 506,38 juta saham. Pergerakan IHSG ini terjadi di tengah sentimen global yang beragam, dipengaruhi oleh dinamika ekonomi di Amerika Serikat dan pergerakan bursa saham regional.

Analis dari Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, mencatat adanya gejolak di perekonomian Amerika Serikat. Penurunan indeks sentimen konsumen University of Michigan dari 64,7 menjadi 57,9, menandai level terendah dalam dua tahun terakhir. Lebih mengkhawatirkan lagi, inflasi satu tahun ke depan justru meningkat dari 4,3 persen menjadi 4,9 persen, angka tertinggi sejak 1993. Dari perspektif teknikal, Demus memprediksi IHSG berpotensi melemah terbatas, dengan support di level 6.520 dan resistance di 6.750. Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, melihat IHSG telah memulai koreksi, menuju support Fibonacci terdekat di level 6.476. Ia memperkirakan potensi rebound minor jika IHSG tetap di atas angka tersebut, namun koreksi bisa meluas hingga 6.422 jika berada di bawah 6.663. Rosanova menetapkan level support IHSG di 6.476, 6.422, dan 6.344, dengan level resisten di 6.663, 6.772, dan 6.912. Indikator MACD, menurutnya, menunjukkan kondisi netral.

Pergerakan Bursa Asia dan Pengaruhnya terhadap IHSG

Secara regional, pasar saham Asia menunjukkan pergerakan yang beragam. Strait Times naik 0,08 persen (30,52 poin) ke level 3.866,54, Shanghai Composite naik 0,11 persen (3,69 poin) ke 3.423,25. Nikkei 225 mencatatkan kenaikan yang lebih signifikan, naik 1,14 persen (422,5 poin) ke level 37.501,00, dan Hang Seng juga menguat 0,95 persen (227,01 poin) ke 21.187,00. Dinamika ini turut mempengaruhi sentimen pasar di Indonesia, meskipun pengaruhnya terhadap IHSG tampak terbatas pada pertumbuhan yang relatif kecil.

Penguatan Rupiah di Tengah Ketidakpastian Ekonomi AS

Di pasar spot, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pagi ini menguat. Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.37 WIB, rupiah berada di level Rp 16.348 per dolar AS, menguat 2 poin (0,01 persen) dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.350 per dolar AS. Ariston Tjendra, pengamat pasar uang, menilai bahwa sentimen negatif masih membayangi dolar AS. Pasar, menurutnya, masih mempertimbangkan potensi resesi ekonomi AS akibat kebijakan kenaikan tarif. Laporan survei keyakinan konsumen yang dirilis menunjukkan penurunan kepercayaan terhadap kondisi ekonomi AS ke depan (Michigan Consumer Sentimen AS di angka 57,9, dibandingkan 64,7 sebelumnya). Meskipun data inflasi AS pekan lalu menunjukkan penurunan (2,8 persen dibandingkan 3,0 persen sebelumnya), Tjendra melihat hal ini membuka peluang pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS. Ia memperkirakan potensi penguatan rupiah lebih lanjut ke area support di 16.200, dengan resisten di kisaran 16.400.

Kesimpulannya, IHSG dan rupiah menunjukkan kinerja yang positif di awal pekan, namun pergerakannya masih terbatas dan dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan regional. Ketidakpastian ekonomi di AS dan pergerakan bursa regional menjadi faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam mengamati perkembangan pasar ke depannya.