Banjir Rob Kembali Mengancam Warga Merauke; Relokasi Menjadi Pertimbangan Jangka Panjang

Banjir Rob Kembali Mengancam Warga Merauke; Relokasi Menjadi Pertimbangan Jangka Panjang

Kabupaten Merauke, Papua Selatan kembali diterpa bencana banjir rob yang melanda Distrik Waan pada Senin, 17 Maret 2025. Kampung Sabon dan Nafnawangga menjadi daerah yang paling parah terdampak, dengan ketinggian air mencapai 40 sentimeter. Bencana ini disebabkan oleh pendangkalan yang menghambat aliran air keluar dari rawa-rawa di sekitarnya. Walaupun terendam, warga memilih bertahan di kampung halaman mereka.

Menanggapi situasi darurat ini, Pemerintah Kabupaten Merauke bergerak cepat. Bupati Yosep Bladip Gebze dan Wakil Bupati Fauzun Nihaya langsung menggelar rapat koordinasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Banjir. Hasil rapat menghasilkan keputusan untuk segera menerjunkan tim Satgas ke lokasi bencana guna menyalurkan bantuan darurat kepada warga yang terdampak. Upaya pengiriman bantuan makanan pokok pun telah direncanakan dengan memanfaatkan gudang pemerintah yang berada di Distrik Waan untuk mempercepat pendistribusian.

"Program jangka pendek kami adalah segera mengirim tim ke lokasi. Bantuan makanan akan disesuaikan dengan jumlah kepala keluarga dan jumlah jiwa," jelas Bupati Yosep. Ia menambahkan bahwa distribusi bantuan akan didasarkan pada data jumlah kepala keluarga dan jiwa di setiap rumah tangga yang terdampak. Strategi ini bertujuan untuk memastikan bantuan tepat sasaran dan mencukupi kebutuhan warga.

Namun, Pemerintah Kabupaten Merauke tidak hanya berfokus pada penanganan darurat. Melihat frekuensi banjir rob yang tinggi di Distrik Waan, relokasi warga menjadi pertimbangan solusi jangka panjang. Bupati Yosep menekankan perlunya kajian mendalam yang memperhatikan aspek sosial dan budaya masyarakat setempat sebelum mengambil keputusan akhir. "Kampung ini sering mengalami banjir rob, sehingga salah satu alternatifnya adalah memindahkan masyarakat ke tempat yang lebih aman. Namun, keputusan ini tidak bisa diambil begitu saja karena menyangkut hak ulayat dan budaya mereka," tambahnya.

Selain Distrik Waan, bencana serupa juga terjadi di Salor Tiga, Distrik Kurik. Wakil Bupati Fauzun Nihaya ditugaskan untuk meninjau langsung lokasi tersebut dan menemukan permasalahan utama terletak pada sistem drainase yang buruk dan belum dinormalisasi. "Untuk banjir di Salor Tiga, Distrik Kurik, saya telah ditugaskan oleh Pak Bupati untuk meninjau langsung lokasi banjir… dan itu telah saya lakukan beberapa hari yang lalu. Kami telah membentuk Satgas Banjir dan terus berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat. Kami akan mencari tahu apakah normalisasi drainase ini menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten atau provinsi, agar segera bisa ditangani," terang Wakil Bupati Fauzun.

Pemerintah Kabupaten Merauke berkomitmen penuh untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada seluruh warga yang terdampak banjir, baik di Distrik Waan maupun Distrik Kurik. Langkah-langkah cepat dan terkoordinasi terus dilakukan untuk meminimalisir dampak bencana dan mencari solusi jangka panjang yang berkelanjutan.

Langkah-langkah yang diambil pemerintah meliputi:

  • Pendistribusian bantuan makanan dan logistik kepada warga terdampak.
  • Penanganan medis bagi warga yang membutuhkan.
  • Kajian mendalam mengenai relokasi warga Distrik Waan sebagai solusi jangka panjang.
  • Koordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat untuk normalisasi drainase di Distrik Kurik.
  • Pemantauan berkelanjutan terhadap kondisi di lokasi bencana.