Surya Biru Murni Acetylene (SBMA): Prospek Cerah di Tengah Lonjakan Permintaan Gas Industri Kalimantan

Surya Biru Murni Acetylene (SBMA): Prospek Cerah di Tengah Lonjakan Permintaan Gas Industri Kalimantan

PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA), emiten produsen gas industri, optimis menatap masa depan di tengah pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Kalimantan. Perusahaan memproyeksikan peningkatan kinerja keuangan pada tahun 2025, didorong oleh lonjakan permintaan gas industri di wilayah tersebut. Strategi pertumbuhan yang terukur menjadi kunci keberhasilan SBMA dalam menangkap peluang pasar yang menjanjikan ini.

Direktur SBMA, Julianto, memaparkan tiga pilar utama strategi perusahaan: pengembangan pasar yang agresif, diversifikasi produk untuk memenuhi kebutuhan industri yang beragam, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan pengembangan. Selain itu, SBMA berkomitmen meningkatkan kapasitas utilitas pabrik eksisting serta melakukan ekspansi ke sektor-sektor berpotensi tinggi, seperti minyak dan gas, pertambangan, dan sektor medis. Hal ini mencerminkan komitmen perusahaan untuk menjadi pemain utama dalam industri gas di Indonesia, khususnya di Kalimantan.

Analisis yang dilakukan oleh Investment Analyst BNI Life, Salvian Fernando, semakin memperkuat prospek positif SBMA. Laporan keuangan kuartal III-2024 menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang mengesankan sebesar 17,74 persen (year-on-year) mencapai Rp 96,6 miliar, dibandingkan Rp 82,1 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan pendapatan ini sejalan dengan tren historis yang menunjukkan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 9,52 persen dari tahun 2019 hingga 2023, mengindikasikan permintaan yang konsisten terhadap produk gas industri SBMA.

Meskipun demikian, pertumbuhan laba bersih SBMA, yang mencapai Rp 9,7 miliar pada kuartal III-2024 (peningkatan 103,96 persen year-on-year), menunjukkan tren yang sedikit berbeda. CAGR laba bersih selama periode 2019-2023 tercatat hanya 0,48 persen, yang menurut Salvian, disebabkan oleh peningkatan beban operasional perusahaan dengan CAGR sebesar 7,34 persen dalam lima tahun terakhir. Meskipun demikian, peningkatan Return on Equity (ROE) menjadi 4,33 persen dan Return on Assets (ROA) menjadi 3,43 persen pada kuartal III-2024, dibandingkan angka tahun 2023, menunjukkan peningkatan efisiensi dalam pengelolaan aset perusahaan.

Dari sisi valuasi, Salvian mencatat Book Value Per Share (BVPS) SBMA sebesar Rp 241, sementara harga saham saat ini berada di level Rp 114. Hal ini mengindikasikan potensi return yang signifikan sebesar 120 persen jika harga saham mencapai nilai bukunya. Potensi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi investor yang tertarik pada sektor gas industri. Hal ini diperkuat oleh proyeksi Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) yang memperkirakan kebutuhan gas di Kalimantan akan mencapai 999,21 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) pada tahun 2027, dengan kebutuhan gas industri mencapai 229 MMSCFD.

Secara keseluruhan, prospek SBMA terlihat menjanjikan. Strategi yang terfokus, kinerja keuangan yang solid, dan proyeksi pertumbuhan permintaan gas industri di Kalimantan menjadi faktor-faktor kunci yang mendukung potensi pertumbuhan SBMA di masa mendatang. Namun, perlu diwaspadai juga tantangan berupa peningkatan beban operasional yang perlu dikelola secara efektif untuk menjaga profitabilitas perusahaan.